Jumat, 30 November 2012

Contoh Essai Pertunjukan: Coro - Putu Wijaya

Terjadi situasi genting, ketika manusia tidak lagi manusiawi. Putu Wijaya, lewat Coro-nya ingin mengangkat suatu realita bahwa manusia yang satu dengan kekuasaan yang lebih tinggi menganggap manusia yang lain dengan posisi yang rendah adalah hal yang hina, perlu dimusnahkan, dan tidak perlu didengarkan pendapatnya. Bahkan jika ia tidak memusnahkan manusia yang lebih rendah posisinya, maka ia telah melakukan kesalahan yang besar.

Diperankan oleh Agus Susilo yang merupakan pemain teater dengan jam terbang cukup tinggi, penonton sebenarnya dapat dengan sendirinya menentukan penafsiran mengenai pementasan teater monolog karya Putu Wijaya ini. Sehingga pembacaan sinopsis cerita di awal pementasan terkesan membunuh kreativitas penonton untuk menafsirkan hal atau pemikiran lain mengenai isi cerita yang akan ditampilkan. 

Dipentaskan pada Open Stage FBS – UNIMED Jumat, 26 November 2010 pada pukul 15.00, naskah monolog Coro yang tersaji dalam lima halaman kemudian dibawakan oleh Agus Susilo dengan waktu sekitar setengah jam. 

Coro bercerita mengenai sosok mahluk manusia yang menyimpan kebencian dan rasa jijik yang amat dalam pada sesosok serangga yang dikenal orang dengan sebutan coro. Cerita ini dikemas dengan cukup sederhana oleh Putu Wijaya selaku penulis nakah. Terkesan biasa bagi sebagian orang karena menceritakan hal ihwal yang biasa kita temui pada kehidupan sehari-hari. Orang yang membenci sesuatu karena sesuatu tersebut dianggap kotor, rendah, sumber penyakit, dan tak berguna. Tanpa pengecualian, manusia yang dikisahkan dalam cerita akan membunuh coro yang ditemuinya tanpa pikir panjang. Hingga pada suatu hari, sang manusia ketika pulang ke rumah menemukan coro di dalam rumahnya. Dia marah bukan main. Dia lantas mengejar coro dan hendak membinasakannya hingga terjadi pertikaian yang berwujud dialog antara manusia dan coro. 

Penyebab Kesalahan Berbahasa

Interferensi (interlanguage) 
    Interferensi adalah kesalahan berbahasa karena pengaruh satu bahasa terhadap bahasa yang lain. Interferensi terjadi pada seorang dwibahasawan, atau seseorang yang mengenal lebih dari satu bahasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Adakalanya interferensi menjadi gejala umum dalam masyarakat satu bahasa sehingga tidak dipandang sebagai kesalahan lagi. Gejala sepertio ini sering disebut integrasi. 

Di Indonesia, tidak sedikit ditemukan pemakaian bahasa yang berciri interferensi ini, baik karena pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti: 


fikir

diketemukan 

ditamparin

Dia malas cari bukti itu. 

Bapaknya Ali sakit. 

Orang si Tagor sudah datang? 


Analisis Kesalahan Kalimat

    Kesalahan kalimat meliputi kesalahan urutan kata dan penghilangan fungtor kalimat. Perhatikanlah contoh-contoh kesalahan urutan kata dan kesalahan karena penghilangan fungtor kalimat di bawah ini. 

Kesalahan Urutan Kata 
(1) Di sekolah-sekolah sering kita mendengar lagu “Indonesia Raya”. 
(2) Diajarkan kepada mereka hal-hal baru mengenai dunia botani. 
(3) Bisa juga guru membiarkan murid-muridnya berkembang sendiri. 

Kesalahan karena Penghilangan Fungtor Kalimat 
a. Penghilangan Subjek 
(1) Memberikan rangsangan agar siswa dapat mengembangkan kreativitasnya. 
(2) Bila miskin, otomatis tidak dapat membangun secara serius. 
(3) Dalam hal yang demikian, memang sering menemui kesulitan yang susah diatasi. 

b. Penghilangan Predikat 
(1)Mereka sebagai pusat informasi bagi siswanya. 

c. Penghilangan Objek 
(1) Seorang guru harus mampu mengajar, mendidik, dan melatih. 
(2) Guru bukan hanya mengajari siswa, melainkan mendidik agar menjadi manusia siap pakai. 


Ranah Kesalahan Berbahasa

1. Analisis Kesalahan Fonologi 
    Kesalahan fonologi mencakup kesalahan pengucapan fonem dan penulisan huruf. Karena kaidah pengucapan belum dibakukan di dalam bahasa Indonesia, maka analisis kesalahan fonologi yang akan dibicarakan di sini hanya terbatas pada kesalahan penulisan atau pemakaian huruf. Berikut ini akan ditampilkan beberapa contoh kesalahan pemakaian atau penulisan huruf dalam bahasa Indonesia. 

(1) Adik bertanya, “kapan kita pulang ?” 

(2) Yang mahakuasa. 

(3) Dialah pemimpin idaman masarakat. 

(4) Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu ? 

(5) IR. Anwar, DRS. Agus Basri, Abdul Saleh, SH. 

(6) Perbuatan itu bertentangan dengan UUD negara kita. 


1. Analisis Kesalahan Morfologi 
    Kesalahan morfologi meliputi kesalahan menggunakan afiks, kata ulang, menyusun kata majemuk, dan memilih kata. Perhatikanlah contoh-contoh di bawah ini. 

(1) Anak yang hilang itu diketemukan kemarin sore. 

(2) Puteri ulama terkenal itu disunting seorang pangeran Arab Saudi. 

(3) Data-data menunjukkan keterlibatannya. 

(4) Sejak kemarin, dia tidak mengacuhkan saya. 

(5) Dia berada di ruangan depan.

Kamis, 22 November 2012

Jenis Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi ini terbagi atas dua jenis yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi artistik/impresionistik. 

1. Deskripsi Ekspositoris 
   Deskripsi ini bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur impresi/kesan atau sugesti kepada pembaca. Bahasa yang digunakan adalah bahasa formal dan lugas. Karangan jenis ini berisi daftar detail sesuatu secara lengkap sehingga pembaca dengan penalarannya dapat memperoleh kesan keseluruhan tentang sesuatu. 

2. Deskripsi Artistik/ Impresionistik 
    Deskripsi ini bertujuan untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca pun kesan pembaca. Ciri khas deskripsi ini diantaranya ditentukan oleh macam kesan apa yang diinginkan penulisnya. Dalam hal ini kesan-kesan itu dapat diurutkan secara kronologis, lokasi, klimaks, dan antiklimaks. Selain itu pemilihan kata secara tepat sangat penting. 
    Perincian yang jelas dengan menekan unsur sugesti dan menggunakan impresi atau kesan penulis terhadap objek yang digambarkan sehingga pembaca seolah-olah berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan ini serta bahasa yang digunakan itu sangat memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan, 

Berikut ini disajikan sebuah contoh deskripsi artistik/ Impresionisktik tentang suasana alam : 

BEKISAR MERAH 

Ahmad Tohari 

Unsur - unsur Pembentuk Karangan Deskripsi

    Unsur-unsur karangan deskripsi dalam hal ini artinya bagian-bagian yang membangun suatu karangan. Unsur-unsur inilah yang juga sekaligus menjadi patokan penilaian suatu karangan. Apabila karangan itu sempurna atau kurang sempurna. 

Unsur-unsur karangan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: 
1. Isi Gagasan 
   Dalam karangan deskripsi, isi merupakan aspek penilaian. Isi mencakup topik, sub topik dan urutan pengembangan topik adalah pembicaraan dalam keseluruhan karangan, sebuah topik dapat bersumber dari pengalaman, pengetahuan, imajinasi pendapat atau keyakinan. Sebuah karangan bisa menyajikan fakta, pendapat, sikap, tanggapan, imajinasi atau ramalan. 
   Sebuah karangan yang baik isinya harus memperlihatkan penyusunan topik, sub topik dan adanya urutan pengembangan yang cukup mendetail serta disusun dengan cermat dan logis dengan demikian susunan cerita menjadi teratur. 

2. Organisasi Kalimat (Koherensi dan Kohesi Isi) 
   Organisasi dalam karangan adalah pengolahan bahan, pengaturan pengembangannya. Organisasi isi yang baik harus memperlihatkan koherensi dan kohesi. Koherensi adalah memperlihatkan adanya hubungan yang logis atau suatu upaya membuat jalan pikiran dari yang satu ke yang lain berhubungan erat dan lancar serta menghasilkan kejelasan sehingga pembaca dapat mengikuti jalan pikiran sipenulis secara jelas dan dapat melihat kaitan satu sama lain serta kaitannya dengan ide pokok. 
   

Langkah - langkah Menulis Karangan Deskripsi

Ada pun langkah-langkah mengarang menurut Setiawan Djuharie (2001: 57), meliputi di bawah ini. 

1. Menentukan atau memilih tema atau topik karangan 
    Langkah paling awal dalam membuat suatu karangan adalah menentukan tema atau topik karangan. Tema diartikan pokok pikiran, sedangkan topik adalah pokok pembicaraan. Apabila dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam kenyataannya untuk menulis suautu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Dengan demikian, pada waktu menyusun sebuah tema untuk untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai melalui topik tersebut. 
    Bagi pengarang pemula, penentuan topik tulisan merupakan sesuatu yang agak sulit dilakukan. Dalam menetapkan topik penulis harus menguasai betul kira-kira permasalahan apa yang akan ditulis. Jadi, agar topik benar-benar terwujud pilihlah topik yang benar-benar menarik perhatian. 

Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf (1994: 111) bahwa; 
“Sebuah topik pertama-tama haruslah menarik perhatian penulis sendir. Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan pengarang berusaha terus menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan tulisan itu dengan sebaik-baiknya.” 

Tujuan Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Marahimin (1994:19), tujuan menulis karangan deskripsi adalah sebagai berikut: 

1. memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, misalnya pertunjukkan mengenai cara menjalankan mesin, petunjuk tentang cara menggunakan atau meminum suatu obat atau arahan tentang cara merangkai bunga 
2. menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelassan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain, misalnya penjelasan tentang manfaat lari pagi, pentingnya memelihara kelestarian lingkungan hidup. 
3. menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu cara yang berlangsung disuatu tempat pada suatu waktu 
4. meringkas, yaitu membuat rangkuman atau tulisan sehingga menjadi lebih singkat, misalnya dari seratus halaman menjadi lima halaman. Namun ide pokoknya tidak hilang. meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain.

Pengertian Karangan Deskripsi

    Deskripsi berasal dari bahasa Inggris yaitu description yang artinya melukiskan dengan bahasa. Karangan deskripsi adalah karangan atau tulisan yang bertujuan menggambarkan suatu objek secara terperinci kepada pembaca. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:258) menyatakan; “ deskripsi adalah pemaparan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci.” 

    Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata tentang suatu benda, tempat, suasana atau kejadian. Tujuan deskripsi ini agar seolah-olah pembaca “melihat” hal yang dilihatnya, dapat “mendengar” apa yang didengarnya, dapat “mencium bau” hal yang diciumnya, dapat “mencicipi” sesuatu yang dimakannya, dapat “merasakan” hal yang dirasakannya sehingga pembaca memiliki kesimpulan yang sama dengan penulis. 

   Dilihat dari defenisi pemaparan atau penggambaran di atas maka seorang pengarang deskripsi harus menggunakan semua pancainderanya untuk mengamati objek yang akan digambarkannya itu. Selain itu karangan deskripsi harus didukung oleh gaya penyampaian yang artistik dan memikat sehingga pembaca atau pendengar menjadi tergugah dan dapat mengimajinasikan secara lebih jelas hal yang sedang dibaca atau didengarnya, seperti yang dikatakan Semi (1990:42), bahwa; 

Pengertian Kemampuan Menulis

    Setiap individu yang hidup tentu memiliki kemampuan yang bervariasi. Kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kecerdasan, kekuatan, kecakapan, keterampilan. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut maka seseorang tidak dapat melakukannya dengan baik. 

    Alwi (2003: 1023) menyatakan; “ kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan, kekuatan untuk menyelesaikan tugas.” 

Sama halnya dengan ke dua pendapat di atas, Depdiknas (2005:707) menyatakan; “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan”. 

      Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannnya sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 

    Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara. Namun, dalam prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi lisan. Hal ini dikarenakan bahasa digunakan secara fungsional yaitu pemakaian bahasa sebagai media interaksi dan transaksi. Dengan demikian, kegiatan menulis menuntut kecakapan dan kemahiran dalam mengatur menggunakan bahasa, bekerja dengan langkah-langkah terorganisir, gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. 

Langkah-langkah Model Pengajaran Langsung

Ada pun langkah-langkah model pengajaran langsung menurut Kardi (dalam Trianto 2009:43) adalah; 

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. 
3. Membimbing pelatihan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 
4. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik kepada siswa Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan.

Keunggulan Dan Kelemahan Model Pengajaran Langsung

Adapun keunggulan Menurut Wina Sanjaya (2007: 189); 

1. Dengan model pembelajaran guru bisa mengontrol urutan dan mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian dia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan 
2. Model pengajaran langsung dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. 
3. Melalui model pengajaran langsung selain siswa dapat mendengar melalui (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa dapat melihat (melalui pelaksanaan demonstrasi) 
4. Keuntungan lain adalah model pengajaran langsung bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas besar. 

Kelemahan Model Pengajaran Langsung 

       Menurut Wina Sanjaya (2007: 189) ada tiga hal kelemahan model pengajaran langsung yaitu hanya untuk kemampuan mendengar dan menyimak yang baik, tidak dapat melayani perbedaan kemampuan siswa, hanya menekankan pada komunikasi satu arah (one-way communication). Hal pertama maksudnya model pengajaran langsung hanya dapat berlangsung dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan menyimak dan mendengar yang baik.

Hakikat Model Pengajaran Langsung

      Model pengajaran langsung memiliki istilah yang sama dengan model pengajaran ekspositori. Materi disampaikan langsung oleh guru dan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi ini. 

Trianto (2007:41) mengemukakan; 
“Model pengajaran langsung adalah model pengajaran yang bersifat teacher centre dan menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.” 

     Terdapat beberapa karakteristik model pengajaran langsung, pertama model pengajaran langsung dilakukan dengan cara menyampaikan materi pengajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran. Menurut Kardi (dalam Trianto 2007:43) model pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Jumat, 16 November 2012

Kelemahan model pembelajaran Concept Sentence

    Pembelajaran dengan model Concept sentence juga memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: 

1) kontribusi model hanya untuk mata pelajaran tertentu 
2) terkait dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak dan berbicara sehingga guru lebih konsentrasi memandu siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran
3) untuk siswa yang pasif, sering mengharapkan jawaban teman yang pandai. Terkadang ada watak siswa yang enggan mengajari dan diajari oleh teman sebaya (sesama siswa).

Kelebihan model pembelajaran Concept Sentence

    Sebagaimana disebutkan di atas, model Concept Sentence sangat cocok untuk pembelajaran bahasa dan pembelajaran sosial. Pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan/kelebihan, meliputi: 
1) antara guru dan siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran 
2) interaksi proses belajar mengajar berlangsung hidup dan menciptakan karakter sosial di antara individu yang terlibat di dalamnya 
3) siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai. Hal ini akan menciptakan suasana kerjasama yang baik serta menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa yang kurang pandai untuk lebih serius dan berusaha 
4) mental dan kecakapan siswa terbangun dalam segala aspek keterampilan berbahasa. 
5) lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran, 
6) meningkatkan semangat belajar siswa, 
7) membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, 
8) memunculkan kegembiraan dalam belajar, 
9) mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, 
10) mendorong siswa untuk memandang susuatu dalam pandangan yang berbeda, memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.

Langkah-langkah model pembelajaran Concept Sentence

    Menurut Suprijono (2010: 132), prosedur dalam menerapkan model Concept Sentence adalah sebagai berikut: 
1) menyampaikan tujuan: guru menyampaikan tujuan kompetensi yang ingin dicapai 
2) menyajikan informasi : guru menyajikan materi secukupnya 
3) pembentukkan kelompok : guru membentuk kelompok yang anggotanya sekitar 4 orang secara heterogen. 
4) penyajian informasi kedua: guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan 
5) tiap kelompok diarahkan membuat beberapa kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang diberikan, 
6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru 
7) kesimpulan: Guru menyimpulkan hasil pembelajaran. 

    Dalam hal ini, dibutuhkan kekreatifan berpikir dan ketepatan siswa dalam menuliskan kata-kata tersebut dalam bentuk kalimat yang akan disusun dalam bentuk karangan deskripsi.

Sintak Umum Model Cooperative Learning

     Menurut Agus Suprijono (2010 : 65) sintaks model pembelajaran cooperative learning terdiri dari 6 (enam) fase seperti di pada tabel di bawah ini.


Fase-fase
Perilaku guru
Fase 1: present goal and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik 
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: present information
Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: organize student into learning team
Mengorganisasi peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: test on materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didk mengenai berbagai materi pembelajaran   atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: provide recognition
Memberikan pengakuan dan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
           
   Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase ke dua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ke tiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi secara cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok.  

Hakikat Model Pembelajaran Concept Sentence

    Pada hakikatnya kata “Model” memiliki definisi yang berbeda-beda sesuai dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya. Joyce (2009:30) mengatakan; “Model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan.” 
    Lebih jelasnya dalam simpulan B. Joyce (dalam Trianto, 2007:5) menyatakan, 
“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,dan lain-lain.” 
    Model pembelajaran digunakan sebagai pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran pada setiap kompetensi dasar tersalur dengan baik sesuai dengan kondisi pembelajar. Hal ini dinyatakan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Richard I. Arends (dalam Trianto, 2007:5-6) yang menyatakan bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya. 
    Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran suatu sistem pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya media dan instrumen seperti buku-buku, kurikulum, film, komputer dan media lainnya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. 
    Pembelajaran Concept Sentence merupakan pembelajaran yang lebih mengarah pada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Model ini merupakan bagian dari kelompok model pengajaran sosial. Kelompok model pembelajaran sosial, sebagaimana dengan namanya, menitikberatkan pada karakter sosial, bagaimana setiap individu mempelajari tingkah laku sosial, dan bagaimana interaksi sosial tersebut dapat mempertinggi hasil pencapaian pembelajaran akademik. Hampir semua penggegas teori percaya bahwa peran utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial proaktif. 

Efek-efek Cooperative Learning Tipe Concept Sentence dalam Pembelajaran

a. Efek Pada Perilaku Kooperatif 
    Kehidupan di abad ke-dua puluh satu ditandai oleh masyarakat global yang interindependen dan oleh berbagai institusi sosial kompleks yang menuntut kerja sama yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Konsekuensinya, kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi pendidikan. Banyak kegiatan ekstrakulikuler di sekolah seperti olahraga tim dan produksi drama dan musik dijustifikasi berdasarkan hal ini. Akan tetapi bagaimana dengan kegiatan-kegiatan di kelas itu sendiri? Apakah jenis kegitan tertentu, seperi yang dikaitkan dengan cooperative learning, memiliki efek pada sikap dan perilaku kooperatif siswa? 

b. Efeknya Pada Toleransi terhadap Keanekaragaman 
    Dua dekade setelah mahkamah agung AS mengakhiri sekolah-sekolah negeri yang separate but equal, kongres meloloskan undang-undang integrasi yang sama historisnya pada 1975, diberi nama the education for all handicapped children act dan dikenal sebagai public law 94-142. Undang-undang ini mengharuskan siswa dengan berbagai disabilitas, bilamana mungkin ditempatkan ke dalam lingkungan yang paling tidak reskriptif. Alih-alih menempatkan di sekolah atau kelas khusus (pendekatan yang digunakan di sebagian besar abad ke dua puluh), anak-anak dengan berbagi disabilitas (kira-kira 12% dari populasi siswa) dimasukkan ke kelas-kelas reguler. Hal ini jelas berarti bahwa guru-guru kelas reguler sekarang memilki anak-anak dengan disabilitas fisik, emosional, dan mental di kelas-kelas mereka.

Unsur-unsur dalam Cooperative Learning Tipe Concept Sentence

Roger dan David (dalam Suprijono 2010 : 58) Lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan; 
a. positive independence (saling ketergantungan positif) 
b. personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 
c. face to face promotive interaction (interaksi promotif) 
d. interpersonal skill (komunikasi antaranggota) 
e. group processing (pemrosesan kelompok).” 

Cara membangun saling ketergantungan positif menurut Roger dan David (dalam Suprijono 2010 : 58) yaitu: 
a. menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan 
b. mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan 
c. mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu 
d. setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lainnya dalam kelompok. 

Sedangkan beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan menurut Roger dan David (dalam Suprijono 2010 : 58) adalah; 
a. kelompok belajar jangan terlalu besar 
b. melakukan assessment terhadap setiap siswa 
c. memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depn kelas 
d. mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok 
e. menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya 
f. menugasi peserta didik mengajar temannya. 

Model Concept Sentence sebagai Bagian dari Cooperative Learning dan Penerapannya di Indonesia

    Setelah kita mengetahui bahwa model concept sentence ini adalah merupakan turunan dari cooperative learning dapat disimpulkan bahwa model ini bertipe kooperatif jadi bentuk dasar dari model ini adalah kerja sama sehingga dalam model ini juga akan dibentuk kelompok dan pengertian kelompoknya adalah terdiri dari dua orang atau lebih. Perlu diingat adalah bahwa dalam metode pembelajaran ini siswa-siswa perlu belajar satu sama sama lain dan menghormati perbedaan individual, mengingat juga bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, etnis, agama, pandangan sama halnya dengan apa yang menjadi latar belakang penerapan model ini di Amerika Serikat. 
    Setelah mengetahui apa yang menjadi latar belakang munculnya metode pembelajaran ini adalah di Amerika Serikat sebagai satu upaya untuk mencegah ketegangan rasial di negara tersebut, sama halnya di negara kita telah banyak semenjak dulu konflik yang terjadi baik antar suku dan agama sebagai akibatnya adalah pertumpahan darah yang mana kita tahu bahwa hal itu kalau diteliti hanyalah akan merugikan kedua belah pihak yang bertentangan, ada baiknya dibuat sebuah solusi pemecahan yaitu dengan unsur kerja sama dalam mencapai tujuan masing-masing. Metode ini mengajarkan agar bekerja sama dengan pemahaman saling menghormati perbedaan yang dimiliki.

Sejarah Cooperative Learning dengan Concept Sentence

       Model pembelajaran concept sentence ini adalah merupakan salah satu pengembangan atau turunan dari cooperative learning. Secara umum cooperative learning adalah metode pembelajaran yang mengutamakan kerja sama yang saling menguntungkan, jauh segala unsur perbedaan peserta didik baik agama, suku, ras yang dapat menimbulkan konfik, model pembelajaran ini sangat cocok untuk memberikan keleluasaan bagi bagi siswa dalam mengemukakan ide masing-masing. Model pembalajaran concept sentence adalah merupakan salah satu variasi dari Cooperative Learning . Banyak kesimpangsiuran mengenai asal usul Cooverative Learning ini. 
Menurut Arends (2007 : 7), 
“Model pembelajaran cooperative learning tidak berevolusi dari sebuah teori individual atau dari sebuah pendekatan tunggal tentang belajar. Ia berakar pada masa Yunani awal, tetapi perkembangan kontemporernya dapat dilacak ke hasil karya para psikolog pendidikan dan para teoretisi pedagogis di awal abad ke dua puluh, mau pun teori-teori pemrosesan informasi yang terkait dengan belajar dan teoretisi-teoretisi kognitif dan perkembangan, seperti Piaget dan Vygotsky.” 

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

     Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut. 
   Pembelajaran kolaboratif didefenisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil melihat hasil prosesnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2010:54). 
   Pandangan dikotomi tersebut di atas dianggap sebagai pernyataan yang berlebihan. Sebab, dalam praktiknya antara pembelajaran kolaboratif dan kooperatif merupakan dua hal yang kontinum. Istilah kooperatif digunakan dalam tulisan ini karena kata “kooperatif” memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vigotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam kontes sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual ke kooperatif, interaksi sosial, dan aktivitas sosiokultural. Dalam pendekatan sosiokultural.

Pengertian Pembelajaran

      Slavin (dalam Trianto 2009 :16) mendefenisikan pembelajaran sebagai berikut; 
“Learning is usually defined as achange in an individual caused by experience. Changes caused by development ( such as growing taller ) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth ( such as reflexes and respons to hunger or pain ). However, human do so much learning from the day of their birth ( and some say earlier ) that learning and development are inseparably linked.” ( belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristi seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya). 

     Selanjutnya, pembelajaran (dalam www.wikipedia.co.id 20/Juli/2011) adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati: “Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda.” Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. 

   Arti pembelajaran selanjutnya (dalam : wikipedia.org/wiki/pembelajaran 20/Juli/2011) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 
   

Pengertian Pengaruh

         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Sementara itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa  pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam  sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

Contoh Riwayat Hidup


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi
Nama                           : Yosi Abdian Tindaon, S.Pd.
Tempat/ Tanggal lahir    : Pematang Siantar, 2 Maret 1990
Jenis Kelamin                : perempuan
Status                           : belum kawin
Alamat                          : Jl. Setia Negara 1 Pematang Siantar
No. Kontak                  : 087749277425 / 085275652000
Alamat Email                 : yo****@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan
A. Formal
Tahun 2002 tamat SD Negeri 124387 Pematang Siantar
Tahun 2005 tamat SMP Negeri 10 Pematang Siantar
Tahun 2008 tamat SMA Negeri 2 Pematang Siantar
Tahun 2012 tamat S1 Pend. Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan
B. Non Formal
Tahun 2008 tamat Kursus Bahasa Inggris Mentari English Course Pematang Siantar

3. Pengalaman Bekerja : sebagai tentor di salah satu bimbingan belajar di Medan

4. Keterangan Lain
A. Hobi                       : membaca ,  menulis artikel serta puisi, dan mendengarkan musik
B. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Penghargaan
Tahun
1
Juara Harapan I Lomba Pidato Bahasa Inggris SMP N 10 Pematang Siantar
SMP Negeri 10 Pematang Siantar
2004
2
Peringkat IV Bahasa Inggris Lomba Mata Pelajaran SMP N 10 Pematang Siantar
SMP Negeri 10 Pematang Siantar
2004
3
Finalis Lomba Pidato Bahasa Indonesia, Peningkatan Mutu Pendidikan BKS-R
SMP Negeri 10 Pematang Siantar
2005
4
Sangga Kerja Gugus Depan Persiapan SMP N 10 Pematang Siantar
Gugus Depan Persiapan SMP Negeri 10 Pematang Siantar
2005
5

Penghargaan atas dedikasi sebagai Bendahara Umum English Club periode 2007/2008
SMA Negeri 2 Pematang Siantar
2008
6
Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) FBS UNIMED
Universitas Negeri Medan
2012

C. Kemampuan/ prestasi lainnya         :

No.
Kemampuan
1
Penulis lepas artikel dan ulasan pertunjukan sastra pada harian umum nasional Waspada kolom Budaya.
2
Mengelola dan menulis sebuah blog berjudul Bahasa dan Sastra Indonesia yang memuat materi pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa.
3
Aktif menulis artikel bahasa, prosa alit dan puisi pada blog pribadi yang berjudul Senja, Wangi Hujan, dan Frasa.
4
Mampu mengoperasikan dan menyajikan pembelajaran Bahasa Indonesia yang berorientasi pada IT (teknologi).

Tanda Petik Tunggal dan Garis Miring


Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.

 Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam

Tanda Kurung Siku dan Tanda Petik


 Tanda Kurung Siku ([...])
1.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.

 Tanda Petik (“...”)
1.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

Tanda Seru dan Tanda Kurung


Tanda Seru (!)
1.      Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2.      Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!

Tanda Kurung ((...))
1.      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4.      Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
                  Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.

Minggu, 04 November 2012

Pemakaian Tanda Elipsis dan Tanda Tanya


A.    Tanda Elipsis (...)
1.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....

B.     Tanda Tanya
1.      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2.      Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
                  Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.