Kamis, 19 April 2012

Dua Pola Kebudayaan Dan Kemajuan Pada Ranah Pendidikan


Sekiranya teori ilmu-ilmu sosial merupakan alat bagi manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sepert juga ilmu-ilmu alam, maka mau tidak mau jawaban yang diberikan ilmu-ilmu sosial harus semakin cermat dan tepat. Untuk mengkaji suatu masalah sosial secara cermat dan tepat maka hokum penawaran permintaan yang bersifat kualikatif tida lagi memenuhi syarat.
Untuk itu memang diperlukan usaha yang lebih sungguh-sungguh dari ilmuwan bidang sosial. Makalah pengukuran yang rumit dan variabel yang relative banyak yang membutuhkan pengetahuan mateamatika dan statistika yang lebih maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Disinilah justru ironi kontradiksinya yang terjadi dalam pengembangan almu-ilmu sosial. Menghadapi kesukaran dalam pengukuran ini maka ilmu sosial justru bersifat regresif dan membentuk dunianya sendiri yang semakin menjauhkan diri dari kajian matematika dan statistika. System pendidikan telah dipola sedemikian rupa sehingga justru yang kuat dalam matematika dan statistika malah disalurkan kepada ilmu-ilmu alam.
Ada baiknya kita memikirkan alternative yang mungkin bisa dilaksanakan sekiranya bahwa asumsi yang sudah lama kita percayai tersebut ternyata adalah benar. Salah satu cara untuk sampai ke arah sana adalah dengan jalan mengkaji apa yang sebenarnya menjadi tujuan matematika : atau dengan perkataan lain apa hakikat matematika dan kaitannya dengan dengan ekssitensi ilmu.
Jadi jika sekiranya memang diperlukan pola pendidikan yang berbeda, maka alternatif yang dapat ditempuh bukanlah pembagian jurusan berdasarkan bidang keilmuan, melainkan bedasarkan tujuan pendidikan matematika. Pada tahap pendidikan yang tepat maka seseorang diperkenankan untuk memilih jurusan berdasarkan bakat matematikanya. Pembagian jurusan semacam itu bukan saja tidak akan menghalangi kemajuan seluruh bidang keilmuan namun juga akan meningkatkan mutu keilmuan itu sendiri.
Peningkatan pendidikan keilmuan harus ditekankan kepada  penguasaan cara berpikir ilmiah yang yang diropang oleh sarana-sarana berpikir ilmiah termasuk matematika dan statistika. Tanpa pengembangan saran ini, maka maka ilmu akan sulit untuk berkembang dengnan pesat.
Tentu saja pendekatan dikotomi dalam pendekatan pendidikan matematika ini tidak akan bisa memecahkan semua persoalan, namun paling tidak, terdapat suatu jalan keluar yang pragmatis dari dilemma yang dihadapi system pendidikan kita. Sebenarnya mengganti sistem dikotomi yang satu dengan dikotomi yang lain tidak memecahkan suatu masalah secara keseluruhan. Namun dalam sistem pendidikan kita, sikap berhati-hati sangat diperlukan .
Suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapi masalah ini perlu diusahakan. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan kita bukan saja meruakan sesuatu yang merupakan regresif melainkan juga destruktif, bukan saja kemajuan ilmu itu sendiri, melainkan juga bagi pengembangan peradaban secara keseluruhan. Tak ada pilihan lagi : tembok itu harus dirubuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar