Heterogenitas Indonesia
dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa
kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi
masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan
kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai
akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu
berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih
menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap
bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi,
dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa
Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur
pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan
kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.
Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya
penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di
atas bahasaIndonesia .
Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial
ekonomi dan bisnis.
atas bahasa
Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa
Alih Kode dan Campur Kode
Alih
kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah
dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode
disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa
Bahasa Gaul
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja
yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam
penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan
bahasa tidak baik dan tidak benar.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir
ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan
atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Dewasa
ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi
bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar