BAB I – Rombongan Pak Haji
Telah seminggu Haji Rakhmad (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung,
dan Pak Balam berada di hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak
Hitam. Pak Haji yang tertua di antara mereka telah berumur 60 tahun. Meskipun
umurnya telah tua seperti itu tetapi badannya masih tetap sehat dan kuat. Wak
Katok yang berumur 50 tahun memiliki perawakan yang kukuh dan keras, senang
berpakaian serba hitam dan masih terlihat seperti berumur 40 tahunan.
Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun.
Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali Buyung.
BAB II – Wak Hitam
Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun.
Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali Buyung.
BAB II – Wak Hitam
Wak Katok mempunyai sebuah senapan yang paling ampuh di dalam kelompok
tersebut. Senapan ini tidak
jarang dipinjamkan kepada Buyung karena tahu bahwa
ia sangat senang dan bahkan pandai menggunakan senapan. Karena mempunyai
senapan itu, mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk ke rumah
Wak Hitam. Karena itu pula terjadi perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka
sering memgimap di pondok Wak Hitam ini. Wak Hitam adalah seorang laki – laki
yang berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju
hitam.Ia senang tinggal berbulan – bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiyah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai menggunakan sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib, Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam senang mencari perawan muda untuk penyegar dirinya. Bila ia sakit dimintanya pada istrinya untuk mendekap pada tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan lekas sembuh kembali. Orang – orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi – jadian.
BAB III – Cinta Terlarang
Pada suatu hari mereka melihat hal – hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit.
Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke pondok dan menyerahkan
bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita
dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu
tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip.
Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar.
Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa tekah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.
Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar.
Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa tekah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.
BAB IV – Ancaman Harimau
Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka
melalap kepuasan masing – masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan
bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin
membebaskan Rubiyah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap
mencintai Zaitun.
Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan.
Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata bahwa ia telah memiliki firasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa – dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.
BAB V – Gotong Royong
Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan.
Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata bahwa ia telah memiliki firasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa – dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.
BAB V – Gotong Royong
Setelah
sembahyang, mengobati luka Pak Balam dan membuat usungan mereka lantas pergi.
Keranjang damar mereka tinggalkan. Selama perjalanan, panas Pak Balam tak juga
reda, mereka ingin cepat – cepat sampai kampung agar Pak Balam dapat segera
diobati. Talib berada di barisan paling belakang, ketika ia hendak membuang air
seni harimau telah membawanya lari.
Mereka mengikuti jejak harimau tersebut, dan ia di tempat terbuka di dalam
hutan mereka menemukan Talib yang sudah berlumuran darah. Karena kaget akan
serangan rombongan itu, harimau lantas pergi. Semua ikut membantu menyembuhkan
Talib dengan kekuatan lima
orang itu walaupun akhirnya ia sendiri meninggal. Semua ikut membantu kecuali
Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.
BAB VI – Jatuhnya Korban Lagi
Esok paginya Talib dikuburkan, Pak Haji dan sutan menjaga pondok serta Pak Balam. Sedangkan yang lain pergi memburu harimau. Sutan tak tahan mendengar igauan Pak Balam yang meminta untuk mengaku dosa. Ia pun pergi meninggalkan Pak Haji dan Pak Balam yang sedang sakit dan pergi menyusul kawan – kawan yang lainnya.
Sedangkan di tempat lain, di dalam hutan Wak Katok dan Pasukannya terus mengikuti jejak harimau. Pada saat mereka merasa sudah dekat dengan sang harimau, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka lantas bersembunyi di belakang pohon yang besar dan menunggu sang harimau tiba. Malam pun tiba, saat itu juga mereka mendengar jeritan manusia, dan auman harimau seecara bersamaan.
Tapi mereka tak hendak untuk menolongnya, dan memutuskan kembali ke tempat mereka bermalam. Ketika sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan keberadaan Sutan. Mereka menggeleng, dan menceritakan apa yang terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa yang menjadi korban harimau tersebut ialah Sutan. Pagi – pagi ketika mereka bangun, mereka terkejut karena Pak Balam akhirnya meninggalkan dunia. Setelah selesai mengubur Pak Balam, mereka semua memutuskan untuk pergi berburu.
BAB VII – Matinya Harimau
Wak Katok memutuskan mengambil jalan pintas, ternyata jalan pintas itu melewati
hutan yang sangat lembab. Hutan ini pun seperti tak pernah disentuh makhluk
hidup kecuali babi dan badak. Mereka ingin keluar dari rimba jahat tersebut,
tetapi Wak Katok yang menjadi pemimpin rombongan tersebut hanya membuat mereka
berputar – putar di jalan yang sama karena sebenarnya Wak Katok takut memburu
harimau. Setelah itu, Wak Katok malah marah – marah sendiri, dan memaksa satu
persatu orang untuk mengakui dosa – dosanya. Semuanya mau menurut kecuali
Buyung. Wak Katok memaksa Buyung dengan cara meletakkan senapan di dadanya, dan
saat itu pula suara auman harimau terdengar. Setelah harimau pergi, Wak Katok
tak dapat diajak berbicara lagi yang akhirnya Wak Katok pun mengusir mereka.
Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan berhasil diambil setelah melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.
Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia menggunakan Wak Katok sebagai umpan karena Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah Buyung maksud kata – kata Pak Hajibahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesame manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.
Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan berhasil diambil setelah melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.
Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia menggunakan Wak Katok sebagai umpan karena Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah Buyung maksud kata – kata Pak Hajibahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesame manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar