Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam
bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani oleh bahasawan Yunani
Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marçais lalu juga menggunakannya pada
tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.
Diglosia adalah suatu
situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi
bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa
terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau
non-formal. Contohnya misalkan di Indonesia terdapat perbedaan antara
bahasa tulis dan bahasa lisan. Agak
mirip dengan kedwibahasaan, diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih
dalam masyarakat, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan
yang berbeda dalam konteks sosial. Ada
pembagian peranan bahasa dalam masyarakat dwibahasawan terlihat dengan adanya
ragam tinggi dan rendah, digunakan dalam ragam sastra dan tidak, dan
dipertahankan dengan tetap ada dua ragam dalam masyarakat dan dilestarikan
lewat pemerolehan dan belajar bahasa.
Dalam konsep Ferguson
dikenal diglosia dalam satu bahasa. Ferguson melihat para penutur sesuatu bahasa
kadang-kadang memakai ragam bahasa tertentu untuk situasi tertentu dan memakai
ragam lain untuk situasi lain. Kemudian ada suatu situasi yang didalamnya ada
dua ragam dari satu bahasa hidup berdampingan dengan peran masing-masing dalam
masyarakat. Inilah yang oleh Ferguson
disebt diglosia. Kalau misalnya ada dua
kemungkinan memakai bahasa baku
atau dialek regional, atau orang boleh memilih salah satu dari dua bahasa
berbedaj, itu bukan diglosia.
Trmkas banyak
BalasHapusTerima Kasih, bermanfaat sekali
BalasHapus