Rabu, 02 Mei 2012

Kutipan Langsung

      Kutipan langsung adalah kutipan yang mengambil secara persis kata demi kata dari sumbernya. Sedangkan kutipan secara tidak langsung adalah kutipan yang sudah diubah dengan kata-kata sendiri. Kedua jenis kutipan tersebut diperkenankan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Pedoman Penyusunan dan Pengujian Karya Tulis Ilmiah
a. Kutipan langsung (asli), kurang dari empat baris.
          Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ditulis sebagai bagian dari kalimat dengan memberikan tanda kutip pembuka dan penutup. Perhatikan bahwa tanda kutip penutup diberikan setelah titik penutup kalimat. Permulaan kutipan menggunakan huruf kapital.
Contoh: Sementara itu, Horgren dan Sundem mendefinisikan sistem akuntansi sebagai berikut: “An accounting system is a formal means of gathering and communicating data to aid and coordinate collective decisions in light of the overall goals or objectives of an organization”.

Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar


       Seorang guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Dalam proses pengembangan bahan ajar tersebut, terdapat 7 (tujuh) faktor yang harus dipertimbangkan oleh guru agar bahan ajarnya menjadi efektif. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Kecermatan isi, berkenaan dengan validitas isi dan keselarasan isi.
  2. Ketepatan cakupan, berkenaan dengan keluasan dan kedalaman materi, serta keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya.
  3. Ketercernaan bahan ajar, berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna.
  4. Penggunaan bahasa, berkenaan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna.
  5. Perwajahan/pengemasan, berkenaan dengan penataan letak informasi dalam satu halaman cetak.
  6. Ilustrasi, berkenaan dengan variasi penyampaian pesan dalam bahan ajar agar lebih menarik, memotivasi, komunikatif, dan membantu pemahaman siswa terhadap isi pesan.
  7. Kelengkapan komponen, berkenaan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. 

Teknik Mengemas Bahan Ajar



  1. Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
  2. Bahan ajar dapat berperan bagi guru dan siswa. Bagi guru, bahan ajar dapat berperan dalam hal: menghemat waktu guru mengajar, mengubah peran guru menjadi fasilitator, dan membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Sementara peran bahan ajar bagi siswa adalah membantu siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau siswa lain, siswa dapat belajar kapan dan di mana saja, siswa dapat belajar dengan kecepatannya sendiri, siswa dapat belajar menurut urutannya sendiri dan membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri.
  3. Peran bahan ajar dalam pembelajaran klasikal adalah sebagai bahan yang tak terpisahkan atau pelengkap dari buku utama. Pemanfaatan bahan ajar dalam pembelajaran klasikal dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
  4. Peran bahan ajar dalam pembelajaran individual adalah sebagai bahan utama dan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, bahan ajar juga dapat dijadikan sebagai alat yang dapat digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.
  5. Bahan ajar merupakan bahan yang terintegrasi dalam pembelajaran kelompok.

Jenis Media Belajar Cetak dan Noncetak


  1. Bahan ajar dikelompokkan menjadi bahan ajar cetak, noncetak dan bahan ajar display.
  2. Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan lembar kerja siswa.
  3. Kelebihan bahan ajar cetak adalah: 
    a. mudah diperoleh dan dibawa ke mana-mana, 
    b. mudah dipelajari kapan dan di mana pun, 
    c. tidak memerlukan alat khusus untuk menggunakannya, 
    d. pengirimannya relatif mudah dan murah dibanding media lainnya, serta 
    e. merupakan media yang paling canggih untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan prinsip-prinsip umum serta abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis.
  4. Kekurangan bahan ajar cetak adalah: 
    a. tidak mampu mempresentasikan gerakan, 
    b. pemaparan materi dalam bahan ajar cetak cenderung linier, 
    c. tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan, 
    d. untuk membuat bahan ajar cetak yang bagus, diperlukan biaya yang tidak sedikit, 

Cara Mengutip Tulisan Atau Artikel Dari Buku, Majalah dan Surat Kabar


Cara Mengutip Tulisan Atau Artikel Dari Buku, Majalah, Surat Kabar, atau media cetak lain adalah sebagai berikut:
(1)   Kutipan dari buku.
{ Nama pengarang dengan nama belakang terlebih dahulu jika terdapat gelar letakan paling belakang dan jika gelar lebih dari satu maka setiap gelar dipisahkan dengan tanda koma }, { judul lengkap dengan huruf italic atau underline } , { nama kota diterbitkan buku tersebut}: { nama penerbit, tahun terbit buku tersebut jika tidak ada bisa memakai tahun buku tersebut dicetak jika keduanya tidak ada boleh tidak dicantumkan }. Apabila kutipan lebih dari satu maka perlu diurutkan sesuai dengan huruf alphabet.
(2)   Kutipan dari majalah, tabloid atau koran.
{ Nama majalah, tabloid atau koran }, { kata atau serangkaian huruf yang khas }, { nomor edisi lengkap dengan tahun terbit }, { nama kota diterbitkan majalah tersebut }, { nama penerbit (jika ada) }.

Etika Pengutipan Dalam Penulisan


           Dalam tata cara mengutip karya orang lain kita setidaknya harus memperhatikan aturan atau tata cara yang berlaku. Kutipan ini dapat berupa tulisan-tulisan buku, majalah, surat kabar, gambar ataupun foto, E-Book dan sumber atau media lainnya.
Sesuai dengan Pasal 14 UU No. 19 Tahun 2002 C. "Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, atau surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap".
Ini berarti jikalau Anda mengutip tulisan atau karya orang lain dengan disebutkan sumbernya secara lengkap makatindakan yang Anda lakukan tidak melanggar hukum. Hal ini juga diperkuat dengan Pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002.
Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
  1. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
  2. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;

Sumbangan Pikiran Mengenai Sifat Keterbacaan Suatu Tulisan untuk Murid-murid Sekolah Menengah


Aspek Verbal, Kata, Kalimat, Wacana
Suatu bacaan teks itu dapat dipahami dengan mudah atau tidak, bergantung pada dua hal utama: 1) bahasa yang digunakan; 2) hal yang dibicarakan atau isi bacaan/teks tersebut.
            Kemungkinan besar, bahasa yang digunakan oleh penulis dalam sebuah bacaan atau teks adalah bahasa yang tidak terlalu sukar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang agak umum. Demikian pula dengan kalimat serta uraian-uraian yang dikemukakan dalam wacana pun cukup baik. Namun semua hal tersebut belum menjain dapat dengan mudahnya isi wacana itu ditangkap dn dipahami oleh murid-murid. Salah satu segi penyebabnya terletak diluar bahasa, yaitu tingkat keabstrakan lukisan dalam wacana itu cukup tinggi. Peranan guru dalam hal ini sangat penting. Bila guru dapat membantu murid-muridnya menjelaskan hal yang dibacanya itu dengan baik, pastilah usaha guru itu telah berhasil mengangkat muridnya dari tingkat kesamaran pemahaman ketingkat kejelasan. Pada umumnya uraian mengenai ilmu-ilmu sosial lebih mudah dipahami daripada uraian ilmu alam, matematika dan sebagainya. Lukisan tentang ahal yang konkret lebih mudah ditangkap maksudnya daripada lukisan tentang hal-hal yang abstrak.

  1. Bahasa yang Digunakan.
      Bahasa yang digunakan dalam buku-buku teks atau buku-buku pelajaran di sekolah sekolah tentulah ragam bahasa baku. Disekolah harus diajarkan dan digunakan bahasa baku atau bahasa standrad. Oleh karena itu, buku-buku yang ditulis dengan bahasa yang buruk, yang tidak teratur tidak dapat diterima dan diizinkan untuk dipakai di sekolah-sekolah.

Tujuan Berpidato


      Sebagai insan terpelajar, mahasiswa dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik dikampus maupun di masyarakat. Apalai, setelah menyandang gelar sarjana, tuntutan itu menjadi makin kuat. Oleh karena itu, mahasiswa (calon sarjana) wajib berusaha keras agar secara bertahap tuntutan itu dapat dipenuhinya.selain mampu menulis beragam karya ilmiah dan mempresentasikannya dengan baik, mahasiswa juga dituntut untuk berpidato (apabila diperlukan). Seseorang sering merasa gagap jika diminta secara mendadak untuk menyampaikan suatu pidato. Hal ini mengindikasikan bahwa berpidato membutuhkan kesiapan mental dan teknik berpidato yang memadai. Untuk itu, pengembangan kemampuan perlu dilakukan agar mahasiswa dapat menunjukkan kualitasnya sebagai insan terpelajar.
Dari segi tujuan, sedikitnya ada tiga macam speech. Kita bisa memilih salah satu, dua, atau gabungan ketiganya :
  1. Memberitahukan (informative speech).
Pembicara bertujuan memberikan informasi baru (to inform) atau menambah pengetahuan atau wawasan baru kepada hadirin (to present new information for appreciation or enlightenment of your audience).
Bila pidato itu bertujuan memberitahukan, maka reaksi yang diharapkan oleh pembicara adalah agar pendengar paham atau mengeti pesan yang dikemukakan oleh pembicara. Jadi, setelah berpidato itu selesai diharapkan para pendengar mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak tahu. Karena itu, pembicara harus mengutamakan kejelasan isi pidato.
  1. Mempengaruhi (persuasive speech).

Pengertian Berpidato


1. Menurut Dra. Rosdiana Siregar
Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi kepada khalayak ramai secara lisan dengan cara-cara tertentu.
2. Menurut Kamus Lengkap Bahas Indonesia ( M.Zulfasri dan Ratu Aprilia S :652 )
Pidato adalah ceramah, khotbah : menyampaikan pikiran dalam bentuk kata-kata yang disampaikan kepada orang banyak : wacana-wacana yang disiapkan untuk disampaikan di depan khalayak.
3. Menurut Kamus Besar bahsa Indonesia, Edisi, ke- 3:871
            Pidato adalah pengungkapan pemikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak ; wacana yang disiapkan untuk diucapkan didepan khalayak.
4. Menurut www.google.com
Pidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan peralatan yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek non kebahasan yang dapat mendukung efiensi dan efektifitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
5. M.Farid Anwar Ba
Pidato adalah kata benda, batasannya sudah jelas merupakan salah satu ilmu dari seni berbicara . Pidato dalam hal ini merupakan kata kerja, karena pastilah ada yang berbuat, ada yang diperbuat dan tentunya sasaran dari perbuatannya dengan kata lain adanya subjek( pelaku ), materi, bahan, ide, objek  ( pendengar ).

Fonem Li Niha


  Li Niha
  1. ob                    : tumbang
  2. afi                    : sayap
  3. bagu                : tumor
  4. fagua               : bertengkar
  5. bagi                 : leher
  6. avi                   : tali perut
  7. t d                    : jantung
  8. ab u                 : bau
  9. koko                : bunyi jatuh
  10. al z                   : sempit
  11. duku                : dukun
  12. duhu                : benar
  13. bayu                : lele (ikan)
  14. bahi                 : cacar
  15. h g                   : kepala
  16. al s                   : licin
  17. bava                 : mulut
  18. manasa             : mencuci
  19. sifa                  : menyepak
  20. baya                 : tuber
  21. bawa                : bulan
  22. sawi                 : lembu
  23. siwa                 : sembilan
  24. ma asa             : sakit perut
  25. f v                    : penyakit
  26. badu                : minum
  27. amama             : ditumbuk
  28. ma a                 : makan
  29. sabi                  : sabit
  30. duyu                : menggosok
  31. hala                  : pelepah pisang
  32. kopo                : menanam
  33. h k                   : mengangguk
  34. t t                     : menjauhkan diri
  35. fa?ua               : mengatur
  36. kala                  : kalah
  37. aleu                  : merana
  38. f r                    : tidur
  39. baru                 : kemeja
  40. aleu                  : malas
  41. av u                 : kawanmu
  42. mama               : bersekutu
  43. of                     : menyiang
  44. amaina             : ………….

Hubungan Menyimak dengan Berbicara


           Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan berbeda namun erat dan tidak terpisahkan. Ibarat mata uang, satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan satu sisi lainnya ditempati kegiatan menyimak. Kegaiatan menyimak pasti dilakukan terlebih dahulu daripada kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,  bertelepon , tanya-jawab dan interviuw.
         Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiprokal berganti peran secara spontan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak, dan dari penyimak menjadi pembicara. Pembicara cemas akan kepastian responsi pendengar. Pembicara baru dapat memberikan responsi pendengar setelah dia mendapat responsi dari penyimak. Pendengar baru dapat memberikan responsi yang tepat bila ia memahami pesan yang disampaikan pembicara.
         Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan menyimak merupakan kegiatan yang resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata, mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan keterampilan menyimak.

Hubungan antara menyimak dan berbicara :
a. Ujaran ( speech ) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ) ; oleh karena it, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara
b. Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasannya ditentukan oleh sang perangsang ( stimuli ) yang ditemuinya ( misalnya kehidupan desa, kota ) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya.
c. Ujaran sang anak memencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan di masyarakat tempatnya hidup. Hal ini biasanya terlihat jelas dalam ucapan, intonasi, kosa kata, dan pola-pola kalimatnya.
d. Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak., oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi , dan lain-lain.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga ( visual aids ) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik dari pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang di dengar serta disimaknya ( Dawson [ et el ], 1963 : 29 ; Tarigan, 1985 ;2 )

Hubungan Antara Menyimak dan Membaca


            Menyimak dan membaca mempunyai persamaan ; kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat menerima ( Brooks, 1964: 134 ) ; bedanya : menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan kata lain : menyimak menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis. Keterampilan menyimak juga merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif.

           Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain :
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b. menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan ( verbalized learning ) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yanglebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak tinimbang membaca.
c. Walaupun menyimak pemahaman ( listening comprehension ) lebih unggul daripada membaca pemahaman ( reading comrehension ), namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan  tetap menyimpan/ memakai/ menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.

Hubungan Menyimak dengan Menulis

            Kegiatan menulis berfungsi sebagai penyampai informasi , dan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan dalam bahasa tulis. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak. Keterampilan menggunakan kaidah berpikir dalam kegiatan  menyimak telah menunjukkan keterampilan menulis. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka lseseorang pasti akan memiliki pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah, sang penyimak dapat menulis dengan baik.

Kedudukan Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa


         Menyimak adalah salah satu keterampilan berbahasa, selain  berbicara, membaca, dan menulis. Penelitian mengenai menyimak dalam kehidupan maupun dalam kurikulum sekolah dapat dikatakan masih sangat langka. Pada tahun 1992, Paul T. Rankin dari Detroit Public School, menyelesaikan sebuah survey mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan berbahasa. Beliau menelaah komunikasi-komunikasi pribadi 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan untuk menentukan presentasi waktu yang mereka pergunakan untuk berbicara, membaca, menulis dan menyimak. Selama kira-kira dua bulan ke-68 orang tersebut diawasi dan diteliti dalam bidang kegiatan-kegiatan tadi setiap 15 menit dari hari-hari jaga, hari-hari bangun mereka. Paul T . Rankin menemui bahwa mereka ini mempergunakan waktu berkomunikasi mereka sebagai berikut :

Menulis 9%
Membaca 16%
Berbicara 30%
Menyimak 45%
                                                              
         Dalam kenyataan praktek, survey menyatakan bahwa pada umumnya kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali sebanyak waktu untuk membaca ( sarana penting lainnya untuk menerima informasi ) tetapi anehnya sedikit sekali perhatian diberikan untuk melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit , Rankin menemukan bahwa dalam penekanan pengajaran di kelas :

Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbahasa ( atau langue arts, langue skills ) dalam kurikulum sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu :
  1. keterampilan menyimak ( listening skills )
  2. keterampilan berbicara ( speaking skills )
  3. keterampilan membaca ( reading skils )
  4. keterampilan menulis ( writing skills )
         Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan  berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir ; mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara , sesudah itu kita membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal.
            Selanjutnya setiap keterampilan tersebut erat pula berhubungnan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.

Kategori Supevisi Pengajaran

Secara umum ada 2 (dua) kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi pengajaran, yakni:
1.      Supervsi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru.
Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala sekolah menggunakan leembar observasi yang sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran) yang dilakukan guru.
2.      Supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja.
Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah Dasar. 

Latar Belakang Pentingnya Supervisi Pendidikan


Di abad sekarang ini,  yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan prasarana.  
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
Ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama,jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik.

Pengertian Supervisi Pendidikan


Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1)      Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2)      Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
3)      Semantik

Validasi Tes Hasil Belajar


       Validasi tes adalah kadar ketelitian tes untuk dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan keadaan aspek yang diukur dengan tepat / teliti. Dari defenisi tersebut dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu:
  1. Tingkat ketelitian tes untuk menggambarkan aspek yang diukur
  2. Tingkat kesesuaian tes untuk menggambarkan keadaan aspek yang diukur atau dengan kata lain apakah tes tersebut sudah memenuhi fungsinya sebagai alat pengukur. Remmers, Gage.
Remmers, Gage dan Rammel mengemukakan 4 macam tipe validitas, yaitu:
  1. Content validity
  2. Concurent Validity
  3. Predictive Validity
  4. Construct Validity
Penggolongan yang kedua, yakni:
  1. Content Validity
        Adalah alat pengukur yang dicari dengan menggunakan isi/ materi program/ tugas-tugas yang dibebakan kepadanya sebagai kriteria/ pedoman. Jika tes dimasukkan untuk mengungkapkan kecakapan murid dalam menerima/ mengikuti pelajaran-pelajaran maka yang diperlukan sebagai kriteria/ pedoman adalah kurikulum. Analisis kurikulum akan dijadikan pedoman untuk menusun test.
  1. Concurent Validity
         Adalah kesesuaian/ ketepatan alat pengukur di mana yang dijadikan kriteria ketepatan adalah alat pengukur lain yang sudah dipandang  Valid. Jika kita menyusun suatu tes Bahasa Indonesia untuk kelas itu juga sudah dipandang valid. Sedang ukuran valid tidaknya tes Bahasa Indonesia diketahui melelui beberapa kali penilaian, samapai menunjukkan hasil yang mantap.
  1. Predictive Validity

Fungsi Evaluasi Hasil Belajar


Penulis menggolongkan fungsi-fungsi evaluasi tersebut ke dalam:
1) Fungsi evaluasi belajar untuk kepentingan murid
1.1 Untuk mengetahui kemajuan belajarnya
Kemajuan belajar murid adapat diketahui dengan membandingakan statusnya sebelum dan sesudah melakukan prestasi sebelum mengikuti pelajaran dan prestasi sesudah belajar.
1.2 Untuk dipergunakan sebagai dorongan atau motivasi bealajar
Keberhasilan maupun kegagalan usaha belajar yang tercermin dalam hasil studi akan berpengaruh besar bagi usaha-usaha belajar selanjutnya. Bagi murid-murid yang telah berhasil memperoleh studi yang baik yang berarti mengalami keberhasilan studi, hal itu akan dapat dijadikan pegangan atau ukuran bahwa proses atau cara belajar yang dilaksanakan selama ini sudah cukup baik.
1.3 Untuk memberikan pengalaman belajar atau self evaluation
Mengetahui akan keberhasilan/ kegagalan akan dapat dijadikan pegangan/ ukuran terhadap usaha-usaha belajar selanjutnya.

2. Fungsi evaluasi belajar untuk kepentingan pendidikan
2.1 Untuk menyeleksi murid-murid yang selanjutnya berguna untuk meramal keberhasilan berikutnya
      Seleksi berarti menyaring beberapa orang dari banyak orang untuk satu program studi/ lapangan kerja tertentu. Sebagai alat untuk menyeleksi tersebut dipergunakan tes/ ujian/ tugas-tugas dan lain-lain.
2.2 Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar murid
     

Pengertian Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar


        Pengukuran dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala (Sutrisno Hadi, Metodologi Research). Pengukuran hasil belajar berarti suatu kegiatan atau proses untuk menerapkan dengan pasti tentang luas dimensi dan kuantitas dari sesuatu dengan pasti tentang luas dimensi dan kuantitas dari hasil belajar murid dengan memperbandingkan dengan ukuran / standar tertentu. Implikasinya adalah jika kita ingin mengukur hasil belajar murid, maka kita harus mempergunakan alat pengukur hasil  belajar murid (mungkin dengan interview, observasi, pemberian tugas, ulangan/ ujian dengan mempergunakan tes).
Apa artinya memperbandingakan dengan standar?
Standar disini berarti ukuran tertentu sebagaimana ditetapkan dalam tujuan/ pengajaran.
Penggunaan tes disini dimaksudkan untuk mengerahui seberapa jauh murid-murid berhasil dalam belajarnya atau berhasil menguasai isi pengajaran yang diberikan gurunya. Olh karena itu apabila tes dimaksudkan untuk memenuhi hal tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan tujuan yang dimaksudkan. Tujuan ini selanjutnya dipergunakan sebagai bahan/ dasar penyusunan tes.
            Penilaian adalah suatu tindakan untuk memberikan interpretasi terhadap hasil pengukuran, dengan menggunakan norma tertentu, untuk mengetahui tinggi/ rendahnya atau baik buruknya aspek tetrtentu.

Strategi Pembelajaran


Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar pada siswa.
            Kegiatan intruksional yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang menilai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang memulai dengan memberi penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan dengan menjawab pertanyaan siswa, ada membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program lain.
            Istilah stategi pembelajaran menyatakan berbagai jenis aktivitas belajar mengajar, seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus, lembar kerja, proyek kelompok kerja sama, dan lain-lain.

Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Dikemukakan Oleh Stanley Elam


Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Dikemukakan Oleh Stanley Elam (1971) dalam Abdul Majid (2009:24).
Langkah 1
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar
            Program pembelajaran harus didasarkan pada sumsi yang jelas. Dunia pendidikan dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasikan pada target penguasaan materi terbukti dalam kompetensi pengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pada awal abad dua puluh, John Dewy mendngungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan teori kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Inti ajarannya adalah siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, proses belajar. Di antara pokok-pokok pandangan progresif antara lain:
1.    Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang papa yang dipelajari.
2.      Anak harus bebas agar bisa berkembang dengan wajar
3.      Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar
4.      Guru sebagai pembimbing dan peneliti
5.      Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat
6.      Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen

Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi


Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
  1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
  2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
  3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
  4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas

Manfaat Perencanaan Pengajaran


Adapun beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan
2. Sebagai pola dasar dalam mengulas tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur baik guru maupun siswa
4. Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat dapat diketahui ketepatan dan kelambanan kerja.
5. Untuk bahan penyusun data agar terjadi kesinambungan
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya

Berdasarkan kepada beberapa kepentingan tersebut, tujuan dan manfaat perencanaan pembelajaran antara lain adalah;
1.      Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan;
2.      Memberikan gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek;
3.      Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa;

Dimensi-dimensi Perencanaan Pengajaran

Dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efesien, yakni:
  1. Signifikan
Tingkat signifikansi tergantung apada tujuan pendidikan yang diajukan dana signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses pembelajaran.
  1. Fleksibilitas
Maksudnya adalah bahwa perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dan biaya maupun pengimplementasiannya.
  1. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
  1. Kepastian
Konsep kepastian diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
  1. Ketelitian

Prinsip Pembelajaran


Prinsip pembelajaran adalah merupakan kaidah, hukum dan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka akan menghasilkan suatu perencanaan pembelajaran yang baik dan siap untuk digunakan.

Prinsip tersebut, yakni;
1.      Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
2.      Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3.      Perencanaan harus memperhitungkan waktu yang tersedia
4.      Perencanaan pengajaran harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar yang sistematis.
5.      Perencanaan pengajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi.
6.      Perencanaan pengajaran harus bersifat fleksibel.
7.      Perencanaan pengajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan, materi, kegiatan belajar dan evaluasi.

             Dalam membuat perencanaan pembelajaran selain harus mempertimbangkan beberapa prinsip yang telah dikemukakan di atas, karena perencanaan pembelajaran sifatnya adalah pedoman operasional bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Konsep Dasar Perencanaan Pengajaran


Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai. Perencanaan adalah menentukan apa yang akan di lakukan mempunyai arah lain, menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengolahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar .
Perencanaan pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu interaksi pengajaran tertentu yang khusus baik yang berlangsung di dalam kelas ataupun di luar kelas. Rencana pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek yang dilakukan oleh guru untuk dapat memperkirakan berbagai tindakan yang akan dilakukan di kelas atau di luar kelas. Perencanaan pembelajaran tersebut perlu dilakukan agar guru dapat mengkoordinasikan berbagai komponen pembelajaran yang berorientasi (berbasis) pada pembentukan kompetensi siswa, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi untuk memberikan makna terhadap kompetensi dasar. Indikator hasil belajar berfungsi sebagai alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Sedangkan PBK sebagai alat untuk mengukur pembentukan kompetensi serta menentukan tindakan yang harus dilakukan jika kompetensi standar belum tercapai.

Selasa, 01 Mei 2012

Interaksi Sosial dan Penguasaan Bahasa Pertama


Aturan percakapan memungkinkan orang dewasa memberikan dua jenis respon yang relevan. 1, apa informasi tentang "ini" dibagi oleh orang dewasa dan anak. 2, apa saja atribut "ini" bahwa seseorang dapat berbicara tentang apa? Tidak ada segera jelas tentang "ini" untuk memungkinkan orang dewasa untuk membuat komentar relevan tentang apa-apa di luar apa, dimana, siapa, warna apa, berapa banyak, apa yang dilakukan, dapat X verba, adalah X verbing. Orang bisa menyimpulkan, kemudian, yang tidak terlalu banyak yang dewasa secara sadar menyadari bahwa anak tidak bisa menjawab pertanyaan dengan bentuk-bentuk sintaksis yang kompleks dan, karenanya, secara sadar atau tidak sadar menyederhanakan masukan untuk pelajar.
Dari literatur ini kita dapat menyimpulkan bahwa masukan bahasa pada orang dewasa-anak harus interaksi dengan cara membantu belajar bahasa. Keenan Ochs (1974) mengklaim bahwa langkah pertama si anak harus lakukan dalam percakapan adalah untuk mendapatkan perhatian dari orang orang yang dengan siapa ia ingin berbicara. Ini bisa dicapai dengan cara nonverbal (memukul-mukul sendok, menarik tangan m0ther's, dll) atau melalui gerakan-gerakan verbal. Jika tanggapan langsung tidak akan datang, anak biasanya menjadi terus-menerus dalam pengulangan (mama, mama, mama) sampai ia mendapat jawaban dan dapat menggunakan gerak tubuh nonverbal tambahan untuk menambah perhatian verbalisasi gambar. anak tidak terus berbicara wit kontak sampai pendengar didirikan.
           Sejumlah peneliti yang bekerja di bidang analisis percakapan mengatakan bahwa peraturan pertama harus pembicaraan untuk "mengatakan sesuatu yang relevan". Te data bahwa kita telah melihat sejauh ini menunjukkan bahwa anak yang melakukannya. Namun, apa yang terjadi ketika anak tahu aturan ini untuk percakapan dari bahasa pertama, tapi tahu benar-benar tidak ada bahasa kedua? Bagaimana pelajar "mengatakan sesuatu yang relevan" ketika ingin sekali untuk bernegosiasi percakapan dengan pembicara dari bahasa yang dia tidak mengerti?

Input / Interaksi dan Pengembangan Bahasa


Dalam bahasan ini penulis berharap dapat menunjukkan bahwa (1) modifikasi tertentu terjadi dalam sambutannya ketika bahasa ditujukan kepada mereka yang pelajar atau pelajar kembali (2) meskipun banyak perbedaan, ada kesamaan yang kuat dalam pidato tanpa modifikasi apakah email ini adalah I. atau bahasa pembelajar ulang kedua (3) modifikasi ini mungkin terjadi sebagai aktivitas mengajar implisit maupun eksplisit, sebagai ekspresi empati atau kasih sayang dan yang paling penting, mereka memfasilitasi komunikasi dan (4) modifikasi adalah hasil yang alami pada negosiasi komunikasi.
Dalam pikiran dan late'60s polemik besar mengamuk antara behavioris dan linguis atas imitasi atau tidak dan analogi bisa menjelaskan akuisisi bahasa anak. Argumen yang kuat terhadap seperti penjelasan adalah bahwa bahasa anak jarang sesuai bahasa yang digunakan oleh orang dewasa. Anak ucapan seperti "tidak ingin kue" tidak dapat ditemukan dalam sambutannya dewasa. Sementara ujaran orang dewasa tidak cocok kesalahan kinerja ini, mulai palsu, dan digressions, bahasa anak tidak cocok dengan kinerja kesalahan ini atau deskripsi ahli bahasa 'dari tata bahasa kalimat yang benar. Dewasa bahasa "kinerja" sangat berbeda dari apa yang disebut "kompetensi", dan itu adalah kompetensi dalam bahasa - bahasa yang mendasari sistem-linguis percaya bahwa anak harus membeli. Bagaimana mungkin anak menguasai kompetensi ini, mengingat semua kesalahan kinerja dalam pidato yang paling dewasa, kalau bahasa diperoleh oleh imitasi dan analogi?
Karena bahasa sangat kompleks, dan karena kesalahan kinerja tampak di mana-mana, dianggap bahwa anak didik harus memiliki beberapa perangkat Bahasa khusus Akuisisi (LAD), semacam template dari bahasa benar-benar memiliki beberapa kotak "bawaan hitam" berlabel bahasa ( modal L) dan hanya perlu membiarkannya beroperasi untuk menemukan aturan-aturan khusus bahasa (l kecil). Ini sangat populer pada saat itu untuk berbicara tentang  "Imprinting", istilah yang dipinjam dari studi perilaku hewan. Sebagai contoh, karena anak itik yang baru menetas harus mengidentifikasi ibu mereka, di beberapa titik dalam pematangan biologis mereka "mencari" dan apa pun yang mereka lihat "dicantumkan" sebagai ibu. Beberapa orang yang lewat, kapal motor, atau kucing atau anjing bisa menjadi ibu itik itu. Dan itu akan mengikuti ibu mana-mana. 

Wacana dan Komunikasi


Para ahli psikolinguistik dan sosiolinguistik terlibat dalam eksperimen yang mungkin menunjukkan bagaimana pengaruh situasi pidato acara pidato. Psikolinguis tertarik terutama dalam hal bagaimana berhubungan dengan pemahaman dan produksi bahasa dalam acara pidato. Sosiolog terlibat dengan menjelaskan interaksi individu dan kelompok dalam percakapan. Psikolinguis tertarik dalam penelitian tersebut, sekali lagi, dalam hal apa yang telah mengatakan tentang pemahaman bahasa manusia dan produksi. Filsuf bekerja pada relevansi dan Inferencing. Psikolinguis adalah sangat tertarik dalam penelitian ini juga, karena memiliki potensi memberikan kontribusi besar bagi pemahaman kita tentang pemahaman dan produksi bahasa. Jadi, apa yang tampaknya seperti forays ke wilayah di luar bahwa psikolinguistik tidak forays sama sekali. Sebaliknya, psikolinguis harap informasi dari lapangan ini akan membantu dalam pencarian kami untuk jawaban atas pertanyaan pengolahan bahasa manusia dan produksi. Dalam bab ini, kita telah melihat hanya beberapa contoh dari wacana lisan. Namun, kami juga dapat bagan beberapa daerah lain analisis wacana dan pertanyaan yang diajukan.
Pada tahap ini sebagian besar pekerjaan dalam analisis wacana adalah deskriptif. Eksperimen baru mulai dilakukan, menguji banyak klaim yang telah dibuat dalam deskripsi ini. Hopper dan Thomson (1980), misalnya, telah mulai menguji beberapa klaim yang telah dibuat tentang tegang / aspek dan transitivitas dalam teks naratif. Wiggins (1977) telah menguji beberapa klaim dibuat tentang dia organisasi teks ilmiah yang berkaitan dengan tegang / aspek. Walters (1979) dan lain-lain telah mulai untuk menguji perbedaan dalam tindakan pidato cara / kegiatan dilakukan ketika sosial / kelompok bahasa bervariasi. Schmidt dan Richards ((dalam pers) dan lain-lain mencoba untuk memanipulasi variabel untuk melihat bagaimana masukan untuk peserta didik dapat berubah menurut sejumlah pengaturan eksposur Celce-. Mucia (19.880) dan murid-muridnya telah menjalankan berbagai percobaan tentang pengaruh konteks wacana di pemilihan struktur sintaksis. Eksperimen inilah yang akan menjembatani karya peneliti dalam wacana dengan peneliti di sosiolinguistik dan psikolinguistik.

Wacana dan Sintaksis


Untuk para ahli psikolinguistik, cukup menggambarkan pembelajaran kalimat dapat menghasilkan atau memahami tidak cukup. Kita perlu tahu di samping jika pelajar memilih bentuk kalimat yang sesuai untuk fungsi wacana tertentu. Untuk melakukan itu, kita perlu mengetahui fungsi bentuk-bentuk sintaksis linguistik, seorang ahli bahasa psikolinguis masalah dan sekarang mulai menyelidiki secara mendalam.
Sintaksis memberi kita berbagai cara untuk mengungkapkan pikiran kita. Namun, kita jarang mengatur pikiran kita ke dalam ucapan satu kalimat tunggal. Sebaliknya, informasi dapat tersebar di banyak kalimat, paragraf banyak, atau pertukaran banyak percakapan. Kita perlu semacam wacana rencana untuk memungkinkan kita untuk mengatur bagaimana kami akan menyajikan informasi (atau, dalam hal percakapan, bagaimana akan dinegosiasikan antara peserta), dan bentuk-bentuk sintaksis yang akan membuat organisasi yang jelas.
Pertanyaan terakhir harus dilakukan dengan frekuensi struktur sintaksis dalam berbagai wacana genre. Misalnya, narasi telah digambarkan memiliki klausa memerintahkan temporally. Para peserta biasanya pertama atau orang ketiga dan apa yang dia lakukan itu penting. Pengaturan atau orientasi terhadap cerita akan mencakup struktur kopula banyak dan alur cerita akan berisi banyak klausa lampau atau sekarang sederhana. Wacana prosedural biasanya akan memiliki klausa disusun dalam urutan. Para peserta adalah spesifik atau kedua orang yang Anda. Waktu diproyeksikan atau umum, dan waktu yang sedang dilakukan adalah penting utama dalam wacana. yg menegur wacana (khotbah, pembicaraan pep) akan memiliki klausa dalam rangka logis, para peserta adalah orang kedua Anda; waktu adalah waktu diproyeksikan di masa depan (biasanya dengan menggunakan modal yang tinggi 'harus "dan jika / kemudian conditional); penting dan utama diberikan untuk bicara.  Frekuensi dakwaan tegang / aspek, pronominalization, elips, kata modal, kondisional, dll telah dilakukan di seluruh jenis genre.
Hal ini mungkin tampak seperti pekerjaan yang membosankan, tetapi hasilnya harus menarik guru dan pengembang bahan yang harus tahu jenis kebutuhan struktur sintaksis siswa dalam menulis atau lisan memproduksi tiap genre wacana. Pertanyaan di sini, meskipun, adalah apakah frekuensi memberitahu kita banyak tentang fungsi perangkat sintaktis tertentu, untuk sementara tampaknya mungkin untuk melakukan penghitungan frekuensi struktur di monolog direncanakan atau teks, tidak ada yang mencoba menggambarkan percakapan dengan cara ini. Artinya, kita tidak biasanya berpikir muka dengan muka komunikasi memiliki serangkaian ucapan yang pantas dapat dikategorikan melalui jumlah frekuensi.

Sintaksis dan Pemerolehan Bahasa


Ada berbagai cara untuk menyusun dan menyajikan informasi tentang pembangunan sintaksis: menulis aturan, tahapan, penelitian eksperimental skala implicational pada pemahaman, kemampuan pengujian, analisis kesalahan, dan indeks sintaksis. Setiap metode memberikan kita bagian dari gambar urutan perkembangan struktur kalimat. Melanjutkan penelitian menggunakan pendekatan metode ganda harus memberikan kita banyak informasi, tidak hanya pada susunan struktur yang dipelajari, tetapi juga pada proses perkembangan itu sendiri. penelitian tersebut sangat penting jika kita berharap untuk mengembangkan materi pengajaran yang mengambil keuntungan dari kedua tatanan alam diusulkan dan pengaruh bahasa pertama belajar bahasa kedua. Hal ini juga penting jika kita ingin menggunakan data bahasa kedua sebagai dasar percobaan untuk proposal baru di sintaks, aturan, dan aturan memesan (lihat tavakolian, 1981).
Untuk memahami proses pembangunan, namun, kita perlu tahu lebih dari sekedar apa yang diperoleh struktur sintaksis, kita perlu tahu apakah mereka tidak digunakan dengan tepat. Untuk berbicara tentang kesesuaian pilihan sintaktis, kita harus bergerak ke tingkat berikutnya, wacana. Sama seperti jelas bahwa leksikon menempatkan batasan pada sintaks (dan sebaliknya), sehingga juga jelas bahwa wacana menempatkan kendala pada pilihan sintaksis juga. Bab-bab berikutnya alamat topik ini.
Pada tahun 1960 ada banyak kepentingan di antara ahli bahasa dalam menggunakan data anak bahasa untuk menguji deskripsi linguistik sintaksis. bunga itu baru-baru ini telah dihidupkan kembali (cf., Tavakolian, 1981), dan bahasa anak sekali lagi dilihat sebagai dasar untuk menguji teori linguistik. pada 1960-an lain cokelat, bellugi, dan mulai menulis aturan linguistik formal untuk menggambarkan produksi bahasa tiga anak (adam, eva dan sarah) dipelajari oleh kelompok Harvard. aturan tersebut bisa dibandingkan dibandingkan dengan hasil yang ahli bahasa teoritis, dan klaim pada kemudahan memperoleh struktur sintaksis dasar versus kesulitan memperoleh sebuah struktur yang kompleks dapat divalidasi. Itu sulit deskriptif sintaks tidak akan muncul pada awal bahasa anak. Sebaliknya, harus berkembang setelah bentuk kalimat dasar telah diakuisisi.

Psikologi Refleks


            Psikologi reflex merupakan teori pertama yang menjelaskan hubungan stimulus-respons yang mendasari perilaku. Teori ini bermula dari pengamatan Pavlov terhadap seekor anjing yang akan mulai memakan makanannya. Ternyata, anjing itu sudah mengeluarkan air liur sebelum memulai aktivitas makan. Hal itu terjadi berulang-ulang dalam pengamatan Pavlov.    
            Kenyataan ini mendorong Pavlov untuk mengetahui lebih jauh: apakah ada kemungkinan air liur anjing tersebut dapat keluar tanpa makanan. Untuk keperluan ini, Pavlov melakukan sebuah eksperimen dengan membunyikan lonceng terlebih dahulu sebelum makanan diberikan. Dengan kata lain, makanan baru dihadirkan setelah lonceng berbunyi. Setelah dilakukan berulang-ulang, anjing memang mengeluarkan air liur segera sesudah lonceng dibunyikan, meskipun akhirnya tanpa diikuti pemberian makanan. Menurut Pavlov, dalam hal ini, anjing telah belajar   bahwa bunyi lonceng bermakna makanan akan muncul, dan karena itu air liurnya keluar. Dari eksperimen ini, Pavlov berkesimpulan bahwa anjing itu telah dibiasakan untuk bertindak reflektif   (mengeluarkan air liur) terhadap stimulus baru     ( bunyi lonceng).
            Air liur anjing yang keluar setelah bunyi lonceng diperdengarkan merupakan reaksi balas yang disebut tindak refelektif yang dibiasakan (conditioned reflex). Bunyi lonceng yang menyebabkan air liur anjing itu muncul disebut stimulus yang dibiasakan. Banyak ahli psikologi beranggapan bahwa tindak reflektif yang dibiasakan ini merupakan elemen penting semua kebiasaan. Pavlov sendiri beranggapan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian yang panjang dari tindak reflektif yang dibiasakan ini. Teori psikologi reflex ini sering juga disebut teori pembiasaan klasik (classical conditioning).

Objek Psikolinguistik


        Sebagaimana telah digambarkan pada uraian terdahulu, objek atau cakupan kajian psikolinguistik pada dasarnya merupakan gabungan dari objek kajian linguistic (bahasa) dan psikologi (gejala jiwa yang tercermin di dalam perilaku manusia). Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa objek kajian psikolinguistik sesungguhnya bahasa juga, yakni bahasa yang berproses di dalam jiwa manusia. Hasil perkerjaan seorang psikolinguis bukanlah deskripsi bahasa biasa, melainkan deskripsi bahasa yang berproses di dalam jiwa manusia . Proses ini tidak kelihatan; hanya hasil proses itu yang dapat diamati.
         Bahasa yang berproses di dalam jiwa manusia memiliki subkajian yang amat luas. Seperti diungkapkan Chaer (2002:8-9), hal itu mencakup:
(1)    Apakah sebenarnya bahasa itu ? Apa yang dimiliki seseorang sehingga dia mampu berbahasa ? Bahasa itu terdiri atas komponen-komponen apa saja ?
(2)   Bagaimana bahasa itu lahir ? Di manakah bahasa itu berada atau disimpan ?
(3)    bahasa kedua dipelajari ?
(4)   Bagaimanakah proses penyusunan kalimat ? Proses apakah yang terjadi di dalam otak manusia ketika dia berbahasa ?
(5)   Bagaimanakah hubungan bahasa dengan pikiran ?
(6)   Mengapa seseorang dapat menderita ngangguan berbicara (afasia) ?
(7)   Bagaimana bahasa harus diajarkan agar hasilnya baik ?

    Hasil konferensi psikolinguistik di Mons, Belgia, pada tahun 1980 menjabarkan objek kajian psikolinguistik sebagai berikut:
(1)    proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran
(2)    akuisisi bahasa
(3)    pola tingkah laku berbahasa
(4)    Asosiasi verbal dan persoalan makna
(5)    Proses bahasa pada orang yang abnormal
(6)    Persepsi ujaran dan kognisi

           Betapa pun luas cakupan atau objek kajian psikolinguistik,dewasa ini psikolinguistik lebih diarahkan kepada pendidikan atau pembelajaran bahasa. Pendidikan dan pembelajaran bahasa ynag dimaksudkan di sini meliputi akuisisi bahasa, proses belajar bahasa pertama, kedua, dan juga belajar bahasa asing. Karena lebih diarahkan kepada pembelajaran bahasa, maka berbagai teori belajar yang berasal dari psikologi diarahkan untuk menguasai bahasa. Dari aktivitas inilah lahir teori belajar bahasa.