Selasa, 01 Mei 2012

Macam-Macam Teknik Sampling Menurut Dra. Nurul Zuriah, M.Si. dalam Buku Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan


Menurut Suharsimji Arikunto (1995 : 120), sampling didefinisikan sebagai sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sample yang mewakili populasi dimaksud. Semakin banyak ciridan karakteristik yang ada pada populasi, maka akan semakin sedikit subjek yang tercakup dalam populasi, dan sebaliknya.
Jenis teknik sampling yang dimaksud adalah cxara untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memeperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi yang di[peroleh sample representatif. Terdapat dua teknik sampling yang berbeda, walaupun pada dasarnya bertolak dari ansumsi yang sama, yaitu ingin memeperoleh secara maksimal sempel yang representative yang tidak didasari oleh keinginan si penelii. Jenis teknik sampling tersebut, yaitu 1) random sampling, dan 2) non random sampling.
            Teknik random sampling adalah pengambilan sampling secara random atau tanpa pandang bulu. Teknik ini memiliki kemungkinan tertinggi dalam menetapkan  sample yang representative. Dalam teenik ini  semua induvidu dalam populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih mebnjadi anggota sample. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara: 1) undian, 2) ordinal, 3) randomisasi dari table bilangan random (Sutrisna Hadi, 1980 : 76) dalam S. Margono (1995 : 125).
Teknik non random sampling adalah teknik pengambilan sample secara non random atau tidak semua induvidu dalam populasi, diberi peluang yang sama untuk ditugaskan mebnjadi anggota sample. Teknik ini memiliki kemungkinan lebih rendah dalam menghasilkan sample yang representatif.
Lebih lanjut menurut S. Margono (1995: 126-130) ada beberapa jenis sample yang diperoleh dari teknik random sampling, yaitu sebagai berikut:  
a. Probability Sampling
1) Simple random sampling  adalah teknik untuk mendapatkan sample yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Dengan demikian, setiap unit sampling sewbagai unsure populasi yang terpencil memeperoleh peluang yang sama untuk menjadi sanpel atau mewakili populasi. Teknik ini dapat dipergunakan jika jumlah unit sampling di dalam populasi tuidak terlalu besar. Misalnya, populasi terdiri da4ri 500 orang mahasiswa program S-1 (unit sampling). Untuk memeperoleh sample sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun table bilangan random.
Dasar pengambilan sample cara ini ialah sebagai berikut :
  1. Setiap anggota unit populasi berpeluang sama untuk dipilih menjadi sam-pel penelitian.
  2. Populasi yang dihadapi merupakan suatu populasi yang terbatas (finit population) N tertentu = N bisa dihitung, hal ini perlu sekaloi jika menghadapib populasi yang tak terbatas (infite) dan parameter tidak diketahui untuk dipilih.
  3. Sample tersebut harus mempunyai n yang cukup besar, walaupun relative kecil dibandingkan N. hal ini disebabkan jika parameter X, maka besar sample akan bias dekat dengan hasil perkatanya populasi U.
  4. Jika teknik sampling laion yang lebih efisien tidak ada dan tidak mungkin untuk dilakukan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dengan teknik ini, seperti:
1.      Undian. Misalnnya peneliti mau memilih 3 (tiga) orang mahasiswa teladan dari 40 orang mahasiswa teladan yang diajukan di tingkat universitas, maka sebaiknya ditulis saja nama-nama mahasiswa tersebut dalam kertas gulungan kecil dan kemudian dimasukkan kotak. Kemudian, ambil dua gulungan, buka dan tarulah, selanjutnya ambillah kedua nama orang tersebut dijadikan wakil mahasiswa teladan. Cara undian ini bias bermacam-macam seperti menggunakan roda rolet, dadu, dan sebagainya.
2.      Table bilangan random (acak), yaitu menggunakan angka-angka yang telah disediakan dalam table, sehingga dapat menarik n bilangan secara acak dari kumpulan bilangan 1 sampai N (N tergantung pada besar populasi).
Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar, serta jika daftar siswanya berurutan
2) Stratified random sampling
            Srtatiffed random sampling biasanya digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Miosalnya, sekolah terdapat beberapa kelas; dalam masyarakat terdapat tingkatan penghasilan. Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang ada, diperhatikan juga dalam strata ituapakah ada substrata atau tidak. Selanjutnya tiap-tiap substaratum harus mewakili sample penelitian.
            Jika peneliti akan dilakukan menggunakan dan memerapkan sample random sampling maka dalam pemikiran peneliti, objek yang ditelitui merupakan satu kesatuan menyeluruh yang homogen. Akan tetapi, di dalam suatu kondisi populasi sering dijumpain hal yang tidak demikian atau mungkin peneliti menginginkan suatu ketepatan terhadap masalah yang akan diamati, sehingga menginginkan suatu ketepatan terhadap masalh yang akan diamati, sehingga populasi dipilah-pilah menjadi subpopulasi secara homogen dari sifat yang heterogen.
            Atas pembagian populasi atas supopulasi maka penelitian yang akan dirancang akan memberikan keuntungan, antara lain:
  1. homogenitas yang lebih nyata di dalam masing-masing kelas,
  2. memberikan keterorganisasian yang nyata antar subpopulasi,
  3. meningkatkan presesi dari sample terhadap populasi dan dalam poeleksanaannya mudah, dan
  4. sangat berguna untuk mengkaji (komparasi) perbedaan karakteristik antar subjek.
Subpopulasi dalam populasi  tidak boleh overlapping dan masing-masing dinamakan stratum. Dengan demikian, rancangan-rancangn stratified random sampling merupakan rencangan yang menempatkan secara tidak overlapping yang disebut strata, dan dari strata tersebut dipilih secara acak.
      Pembagian ini dilakukan berdasarkan karakteristik populasi dan peneliti beranggapan bahwa perbedaan tersebut akan memengaruhi variabel.
      Selanjutnya tahap-tahap penyusunan random sampling meliputi :
1.      mementukan jenis populasi penelitian;
2.      membagi kelompok menjadi beberapa stratifikasi, dan setiap stratum beranggotakan subjek yang sama atau hamper sama karakteristiknya;
3.      membuat daftar subjek dari tiap stratum (subpopulasi);
4.      memilih subjek sample dari sub populasi dengn teknik acak murni atau sistematik.
Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat membuat stratum.
3) Cluster Random Sampling
            Cluster random sampling digunakan jika populasi tidak terdiri dari induvidu-induvidu, mmelainkan terdiri dari kelompok –kelompok  induvidu atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di sebuah kota. Untuk itu, random tidak dilakukan langsung pada semmua pelajar, tetapi pada suatu sekolah atau kelas sebagai kelompok atau cluster.
            Menurut Yatim Rianto (1996 : 60) teknik cluster random sampling ini digunakan jika populasi dijumpain populasi yang heterogen, di masna subpopulasi merupakan suatu kelompok (cluster) yang mempunyai sifat heterogen. Sedangkan dalam stratifikasi sample tiap subpopulasinya homogen.
Selain itu, teknik ini digunakan apabila daftar dari seluruh unitr populasi tidak diperoleh sehingga cukup daftr cluster saja. Dalam mengoperasionalisasikan teknik ini, peneliti mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kelas-kelas atau berdasarkan asrama tempat tinggal mereka (jika yang diteliti tinggal di asrama) atau berdasarkan daerah (RT/RW/Kelurahan/Kecamatan) tempat mereka tinggal.
Sebagaimana dalam teknik pengambilan sample dengan stratifikasi; yakni masing-masing stratanya ditarik sample, maka dengan teknik cluster sampling ini penerikan sampel pada setiap kelompoknya (custer).
                        Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error sampling, lebih banyak di bandingkan derngan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benatr sama heterogenitasnya dengan cluster yang lain dalam populasi.

b. Non Probabilitity Sampling
1)  Accidental Sampling
Dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya, penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan menggunakan setiap warga Negara yang dewasa sebagai unit sampling. Penelitian mengumpulkan data langsung dari setiap 9orang dewasa yang dijumpainnya, sampai jumlah yang diharapkannya terpenuhi
2) Quota Sampling
Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan, tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada setiap unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap ibu rumah tangga sebagai unit sampling untuk mengetahui pendapatnya dalam menghadapi harga pasaran sesuai dengan pendapat suaminya. Untuk itu, keluarga dikelompokkan menjadi beberapa subpopulasi, antara lain : keluarga pegawai negeri, keluarga pengusaha, keluarga buruh, keluarga petani, keluarga nelayan, dan lain-lain. Setelah populasi itu diberikan jatah tertentu walaupun jumlah masing-masing sebagai populasi tidak diketahui. Setiap ibu rumah tangga dari subpopulasi itu dihubungi sebagai sumber data sampai jumlahnya terpenuhi.
            Kelemahan teknik ini ialah para peneliti cenderung akan selalu mencari kemudahan, menghindari hambatan yang mungkin terjkadi sehingga akan memilih sampel orang-orang yang mudah dihubungi, menghindari subjek yang sulit ditemui. Untuk mengantisipasi kelemahan ini dapat dengan menerapkan cara randomisasi dalam penerikan sampel yang sudah ditetapkan jumlahnya misalnya dengan cara undian atau yang lain.
            Cara tau bentuk lain dari quota samnpling dalah dimensional sampling. Teknik ini menggunakan dimensi ganda, yakni dengan merinci semua variable (dimensi) yang menarik perhatian seorang peneliti.
            Hal yang penting ialah bahwa setiap kombinasi dari dimensi-dimensi tersebut paling sedikit terwakili oleh satu kasus sehingga sacara eksplisit: 1) dapat menggambarkan Universe yang ingin digeneralisasikan, 2) dapat lebih memperjelas apa yang tampaknya merupakan dimensi penting sehingga dapat menyusun suatu tipologi yang mencakup berbagai kombinasi nilai-nilai dari dimensi tersebut, 3) menggunakan tipologi tersebut sebagai kerangka penarikan sampel untuk mena4rik sejumlah kecil sampel yang biasanya menarik satu kasus dari setiap sel sesuai dengan tipolioginya (Bambang Suwarno, 1987 dalam yatim Riyanto, 1996).
            Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel di mana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, tidak akan mewakili populasi.
3) Purposive Sampling
            Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, suatu penelitian tentang tata tertib lalu lintas di sebuah kota. Sampel yang dipergunakan hanya diambil di antara pemilik kendaraan bermotor yang tercatat di kepolisian atau kepada pemilik SIM. Pengumpulan data yang dilakukan pada unit sampling tertentu, tidak termasuik pengendaraan yang mungkin bukan pemilik kendaraan bermotor atau mungkin tidak memiliki SIM.
            Lebih lanjut untuk menentukan sampel perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan dengan hal itu, dikenalkan beberapa kemingkinan dalam menetpkan sampel dari suatu populaswi, yaitu sebagai berikut.
1.      Sampel proposional
            Sampel proposional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain, unit sampel pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan nilai sampling dalam setiap subpopulasi. Misalnya, penelitian dengan menggunakan murid SMA Negeri sebagai unit sampling yang tetrdiri dari 3000 murid SMA Negeri dan 1500 STM Negeri. Dengan demikian, perbandingan subpopulasi adalah 2: 1. dari populasi itu akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 muri9d STM Negeri sebagai sampel.
2.  Sampel area
            Sampel ini memiliki kesamaan dengan asampel proporsional. Perbedaannya terletak pada populasi yang ditetapkan berdasarkan daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti. Petrbandingan besarnta suibpopulasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap subsampel. Misalnya, penelitian menggunakan guru SMP Negeri sebagai uniu sampling yang tersebar di lima kabupaten. Setiap kebupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200, dan 100. melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya dalah 5 : 4 : 3 : 2 : 1. jumlah sampel yang akan diambil sebesar 50, 40, 30, 20, dan 10 orang guru.
3. Sampel ganda
            Penarikan ganda tau sampel kembar dilakukan dengan maksud menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk seluruhnya. Untuk itu, jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih baik dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu akan dilakukan terutama apabila alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah kuistioner atau angket yang dikkirim melalui pos. dengan mengirim dua set kuisioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan sehuingga jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi.
 4. Sampel majemuk
            Sampel majemuk ini m,erupakan perluasan dari sam[pel ganda. Pengambilan sampel yang dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel majemuk ini kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diraguikan lagi. Penarikan sampel majemuk hanya dapat dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar (Mama Rachman, 1993 ; 67 dalam S. Margono, 1997 : 130).

4 komentar: