Pada tahun 1951, sebuah
seminar diselenggarakan di Cornell University yang disponsori oleh The Social Science Research Council. Seminar
ini menghadirkan 7 orang ahli psikologi dan linguistic, masing-masing: John
Caroll, James Jenkins, George Miller, Charles Osgood (ahli psikologi), Joseph
Grennsberg, Floyd Lounsbury, dan Thomas Sebeok (ahli linguistik).
Pada tahun 1953, John Caroll bersama teman-teman dan
sejumlah mahasiswanya mengadakan seminar psikolinguistik di Indiana University.
Pada tahun 1954 terbit buku Psycholinguistics:
A Survey of Theory and Research Problem. Inilah buku psikolinguistik
pertama yang disunting oleh Charles Osgood (psikolog) dan Thomas Sebeok
(linguis).
Akar psikolinguistik sesungguhnya sudah terlihat pada
awal abad ke-19 ketika Wilhelm von Humboldt, seorang ahli linguistic Jerman,
mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran manusia. Dengan melakukan
studi banding terhadap tata bahasa-tata bahasa yang berbeda, Humboldt sampai
pada suatu kesimpulan bahwa tata bahasa
suatu masyarakat menentukan pandangan hidup masyarakat penutur bahasa itu.
Jejak langkah psikolinguistik
menjadi lebih jelas lagi bila kita memperhatikan kategori-kategori bahasa yang
dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure yang tertuang dalam konsep langue dan parole. Menurut Saussure, bahasa dalam konsep parole-lah yang menjadi objek kajian linguistic, sedangkan bahasa
dalam wujud langue menjadi objek
kajian psikologi.
Edward Sapir , seorang ahli bahasa dan antropologi
Amerika awal abad ke-20, juga telah mengkaji hubungan bahasa dan pemikiran
manusia. Dia berkesimpulan bahwa struktur
bahasa menentukan struktur pemikiran manusia.
Jespersen,
seorang ahli linguistic Denmark, mengungkapkan bahwa bahasa bukanlah sekedar
entitas dalam pengertian satu benda, seperti seekor anjing atau tepian sebuah
pantai. Bahasa adalah symbol-simbol di
dalam otak manusia yang melambangkan dan membangkitkan pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar