Rabu, 02 Mei 2012

Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Dikemukakan Oleh Stanley Elam


Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Dikemukakan Oleh Stanley Elam (1971) dalam Abdul Majid (2009:24).
Langkah 1
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar
            Program pembelajaran harus didasarkan pada sumsi yang jelas. Dunia pendidikan dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasikan pada target penguasaan materi terbukti dalam kompetensi pengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pada awal abad dua puluh, John Dewy mendngungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan teori kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Inti ajarannya adalah siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, proses belajar. Di antara pokok-pokok pandangan progresif antara lain:
1.    Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang papa yang dipelajari.
2.      Anak harus bebas agar bisa berkembang dengan wajar
3.      Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar
4.      Guru sebagai pembimbing dan peneliti
5.      Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat
6.      Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen


Langkah 2
Mengidentifikasi kompetensi
            Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan dan efektifitas belajar mengajar. Hasil penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan. Untuk dapat mengidentifikasi kompetensi, kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan, di antaranya:
a.       Pendekatan analisis tugas (task analtsis), untuk menentukan daftar kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah/madsarah sebagai tenaga profesional, yang pada gilirannya ditentukan kompetensi-kompetensi yang diperlukan, sehingga dapat pula diketahui apakah seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut kepadannya.
b.      Pendekatan the needs of school learners (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah) langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pendangan para siswa. Hal ini menjadi landasan dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi, pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang diinginkan siswa.
c.       Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan masyarakat. Dengan menspesifikasi kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat sekolah, maka selanjutnya disusun program pendidikan. Pendekatan ini berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan tentang masyarakat yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi program sekolah para siswa yang pada gilirannya dituangkan ke dalam program pembelajaran.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ashan dalam Abdul Majid (2009:28) bahwa analisis kompetensi melalui proses:
  1. Analisis tugas. Untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi.
  2. Pola Analisis. Untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang ada dimiliki oleh para siswa.
  3. Research. Penelitian yang dimaksud untuk mengembangkan sejumlah kompetensi berdasarkan hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang.
  4. Expert Judgement (pertimbangan ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli). Expert judgement ini bisa dilakukan melalui teknik delphi, sebagai suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan analisis para pakar ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu.
  5. Individual group interview data. Analisis berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun kelompok dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan.
  6. Role Play.untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh sejumlah peran tertentu yang ada di masyarakat, sebagai bahan untuk mengidentifikasi kompetensi yang perlu dikembangakan dan dimiliki oleh murid.

Langkah 3
Menggambarkan Secara Spesifik Kompetensi-kompetensi
            Kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit dan dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam konteks pelaksanaannya, hambatan-hambatan program, waktu pelaksanaan dan parameter sumber.

Langkah 4
Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis assesment
            Menentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam pengembangan program pembelajaran. Jika tujuan sederhana dan jelas, maka tidak begitu sulit untuk menentukan kriteria keberhasilan dan kondisi yang diperlukan untuk mempertunjukkan bahwa kompetensi telah dikuasai. Akan tetapi kebanyakan kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variabel yang cukup sulit untuk dinilai.

Langkah 5
Pengelompokan dan penyusunan tujuan pengajaran
            Pada langkah kelima ini dilakukan penyusunan sesuai dengan urutan maksud-maksud intruksional setelah langkah 1 sampai 4 menguraikan dekskripsi logis program yang di dalamnya memuat kompetensi-kompetensi minimal, subkompetensi dan bentuk assesment.
            Sebagai pertimbangan atau landasan dalam rangka penyusunan pengaturan tersebut adalah:
  1. Struktur isi yang diminati dari pengertian-pengertian sederhana sampai dengan prinsip-prinsip yang kompleks.
  2. Lokasi dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan. Beberapa kompetensi bertalian dengan masukan kognitif dan dilengkapi dengan media pengajaran, sedangkan kompetensi lainnya mungkin memerlukan simulasi.

Langkah 6
Desain Stategi Pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar pada siswa.
            Kegiatan intruksional yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang menilai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang memulai dengan memberi penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan dengan menjawab pertanyaan siswa, ada membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program lain.
            Istilah stategi pembelajaran menyatakan berbagai jenis aktivitas belajar mengajar, seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus, lembar kerja, proyek kelompok kerja sama, dan lain-lain.
             
Langkah 7
Mengorganisasikan Sistem Pengelolaan
            Program-program yang bersifat individual menuntut sistem pengelolaan yang berguna melayani bermacam-macam kebutuhan siswa. Adanya bermacam-macam tujuan berbagai alternatif kegiatan menjadikan sistem intruksional dan sistem bimbingan lebih unik.
Sebagaimana kita ketahui program pembelajaran berbasis kompetensi lebih mengutamakan suasana real di mana sangat dibutuhkan kerja sama dan dibutuhkan persetujuan inter-intruksional. Tanggung jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru tetapi juga oleh lembaga lain seperti : lembaga professional, wakil-wakil masyarakat, murid dan institusi lainnya.
Belajar merupakan proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal tersebut dengan lancar dan penuh motivasi.  Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara aktif, mengalami, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir merupakan contoh strategi yang memungkinkan siswa menjadi pelajar seumur hidup. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sangat diperlukan praktek pengelolaan dan sistem pengelolaan yang didesain dengan cermat.




Langkah 8
Melaksanakan percobaan program
Program yang telah disusun secara sistematis perlu diujicobakan. Percobaan program dilakukan terhadap bagian-bagian dari program itu atau semacam prototype test dan hendaknya dilakukan terlebih dahulu dalam skala keci. Tujuan program ini adalah untuk mengetes efektivitas strategi intruksional; seberapa besar diperlukan tuntutan-tuntutan program; ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan; dan efektivitas sistem pengelolaan. Tes ini harus sedemikian rupa agar dapat diketahui kelemahan apa yang terdapat dalam unsur-unsur program tersebut untuk melakukan perbaikan.

Langkah 9
Menilai desain pembelajaran
Pelaksanaan terhadap sebuah desain intruksional, lazimnya mencakup empat aspek yaitu sebagai berikut:
  1. validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang diproyeksikan
  2. tingkat-tingkat kriteria dan bentuk-bentuk assessment
  3. sistem intruksional dalam hubungannya dengan hasil belajar
  4. pelaksanaan organisasi dan pengelolaan dalam hubungan dengan hasil tujuan
Pada prinsipnya pelaksanaan penilaian harus dilakukan sejak awal dan kontiniu karena merupakan bagian integral dalam pengembangan program.

Langkah 10
Memperbaiki program
Setiap program sesungguhnya tidak pernah tersusun dengan kondisi sempurna, termasuk desain intruksional berbasis kompetensi. Akan tetapi, senantiasa terbuka untuk perbaikan dan perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman-pengalaman.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar