Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Dikemukakan Oleh
Stanley Elam (1971) dalam Abdul Majid (2009:24).
Langkah 1
Spesifikasi
asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar
Program
pembelajaran harus didasarkan pada sumsi yang jelas. Dunia pendidikan dewasa
ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran
yang berorientasikan pada target penguasaan materi terbukti dalam kompetensi
pengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali persoalan dalam kehidupan
jangka panjang.
Pada awal abad dua puluh, John
Dewy mendngungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan teori
kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat
siswa. Inti ajarannya adalah siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, proses belajar. Di antara
pokok-pokok pandangan progresif antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang papa
yang dipelajari.
2. Anak harus bebas agar bisa berkembang
dengan wajar
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman
langsung untuk merangsang belajar
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan
masyarakat
6. Sekolah progresif harus merupakan
laboratorium untuk melakukan eksperimen
Langkah 2
Mengidentifikasi
kompetensi
Kompetensi
dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih
dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit
mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan dan efektifitas
belajar mengajar. Hasil penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi
kompetensi yang diperlukan. Untuk dapat mengidentifikasi kompetensi, kita dapat
menggunakan beberapa model pendekatan, di antaranya:
a. Pendekatan analisis tugas (task analtsis), untuk menentukan daftar
kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di
sekolah/madsarah sebagai tenaga profesional, yang pada gilirannya ditentukan
kompetensi-kompetensi yang diperlukan, sehingga dapat pula diketahui apakah
seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut
kepadannya.
b. Pendekatan the needs of school learners
(memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah) langkah
pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan
pendangan para siswa. Hal ini menjadi landasan dalam mengidentifikasi
kompetensi. Jadi, pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan
yang erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang diinginkan siswa.
c. Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan
masyarakat. Dengan menspesifikasi kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat
sekolah, maka selanjutnya disusun program pendidikan. Pendekatan ini
berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan tentang masyarakat yang nyata dan penting
itu dapat diterjemahkan menjadi program sekolah para siswa yang pada gilirannya
dituangkan ke dalam program pembelajaran.
Hal serupa juga dikemukakan
oleh Ashan dalam Abdul Majid (2009:28) bahwa analisis kompetensi melalui
proses:
- Analisis
tugas. Untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam
indikator-indikator kompetensi.
- Pola
Analisis. Untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada. Pola
analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di
masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang ada dimiliki oleh para
siswa.
- Research.
Penelitian yang dimaksud untuk mengembangkan sejumlah kompetensi
berdasarkan hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini
melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa
kini dan masa yang akan datang.
- Expert Judgement (pertimbangan ahli dimaksudkan untuk
menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli). Expert
judgement ini bisa dilakukan melalui teknik delphi, sebagai suatu cara
untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan analisis para pakar
ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu.
- Individual
group interview data. Analisis berdasarkan wawancara, baik secara individu
maupun kelompok dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan
tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam bentuk lisan.
- Role Play.untuk melakukan analisis kompetensi
berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang
melakukan peran tertentu. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh
sejumlah peran tertentu yang ada di masyarakat, sebagai bahan untuk
mengidentifikasi kompetensi yang perlu dikembangakan dan dimiliki oleh
murid.
Langkah 3
Menggambarkan
Secara Spesifik Kompetensi-kompetensi
Kompetensi-kompetensi
yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit dan
dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam
konteks pelaksanaannya, hambatan-hambatan program, waktu pelaksanaan dan
parameter sumber.
Langkah 4
Menentukan
tingkat-tingkat kriteria dan jenis assesment
Menentukan
jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur
ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam pengembangan program
pembelajaran. Jika tujuan sederhana dan jelas, maka tidak begitu sulit untuk
menentukan kriteria keberhasilan dan kondisi yang diperlukan untuk
mempertunjukkan bahwa kompetensi telah dikuasai. Akan tetapi kebanyakan
kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variabel yang cukup sulit untuk
dinilai.
Langkah 5
Pengelompokan
dan penyusunan tujuan pengajaran
Pada
langkah kelima ini dilakukan penyusunan sesuai dengan urutan maksud-maksud
intruksional setelah langkah 1 sampai 4 menguraikan dekskripsi logis program
yang di dalamnya memuat kompetensi-kompetensi minimal, subkompetensi dan bentuk
assesment.
Sebagai
pertimbangan atau landasan dalam rangka penyusunan pengaturan tersebut adalah:
- Struktur
isi yang diminati dari pengertian-pengertian sederhana sampai dengan
prinsip-prinsip yang kompleks.
- Lokasi
dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan.
Beberapa kompetensi bertalian dengan masukan kognitif dan dilengkapi dengan
media pengajaran, sedangkan kompetensi lainnya mungkin memerlukan
simulasi.
Langkah 6
Desain Stategi Pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh
kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan
tertenu.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup,
dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar pada siswa.
Kegiatan intruksional yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang
menilai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif
memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang memulai dengan
memberi penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai
mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang
melanjutkan dengan menjawab pertanyaan siswa, ada membentuk kelompok diskusi
atau menggunakan program lain.
Istilah
stategi pembelajaran menyatakan berbagai jenis aktivitas belajar mengajar,
seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus, lembar kerja, proyek kelompok
kerja sama, dan lain-lain.
Langkah 7
Mengorganisasikan Sistem Pengelolaan
Program-program
yang bersifat individual menuntut sistem pengelolaan yang berguna melayani
bermacam-macam kebutuhan siswa. Adanya bermacam-macam tujuan berbagai
alternatif kegiatan menjadikan sistem intruksional dan sistem bimbingan lebih
unik.
Sebagaimana kita ketahui
program pembelajaran berbasis kompetensi lebih mengutamakan suasana real di mana
sangat dibutuhkan kerja sama dan dibutuhkan persetujuan inter-intruksional.
Tanggung jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru tetapi juga oleh
lembaga lain seperti : lembaga professional, wakil-wakil masyarakat, murid dan
institusi lainnya.
Belajar merupakan proses bagi
siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka belajar mengajar
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal tersebut
dengan lancar dan penuh motivasi.
Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara
aktif, mengalami, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya.
Menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan dan menantang siswa
sehingga berbuat dan berpikir merupakan contoh strategi yang memungkinkan siswa
menjadi pelajar seumur hidup. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sangat
diperlukan praktek pengelolaan dan sistem pengelolaan yang didesain dengan
cermat.
Langkah 8
Melaksanakan percobaan program
Program yang telah disusun
secara sistematis perlu diujicobakan. Percobaan program dilakukan terhadap
bagian-bagian dari program itu atau semacam prototype test dan hendaknya
dilakukan terlebih dahulu dalam skala keci. Tujuan program ini adalah untuk
mengetes efektivitas strategi intruksional; seberapa besar diperlukan
tuntutan-tuntutan program; ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan;
dan efektivitas sistem pengelolaan. Tes ini harus sedemikian rupa agar dapat
diketahui kelemahan apa yang terdapat dalam unsur-unsur program tersebut untuk
melakukan perbaikan.
Langkah 9
Menilai desain pembelajaran
Pelaksanaan terhadap sebuah
desain intruksional, lazimnya mencakup empat aspek yaitu sebagai berikut:
- validasi
tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang diproyeksikan
- tingkat-tingkat
kriteria dan bentuk-bentuk assessment
- sistem
intruksional dalam hubungannya dengan hasil belajar
- pelaksanaan
organisasi dan pengelolaan dalam hubungan dengan hasil tujuan
Pada prinsipnya pelaksanaan
penilaian harus dilakukan sejak awal dan kontiniu karena merupakan bagian
integral dalam pengembangan program.
Langkah 10
Memperbaiki program
Setiap program sesungguhnya
tidak pernah tersusun dengan kondisi sempurna, termasuk desain intruksional
berbasis kompetensi. Akan tetapi, senantiasa terbuka untuk perbaikan dan
perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman-pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar