Telah ada keyakinan
diantara sesama ahli psikolinguistik bahwa akuisisi bahasa bersifat dinamis,
artinya bahwa akuisisi bahasa berlangsung dari tahap ke tahap yang lain (
Lowenthal, Et-al, 1982 : 11 ). Di dalam tahap perkembangan akuisisi ini
terjadi, ( I ) perubahan-perubahan, terutama yang berhubungan denagjn struktur
bahasa, ( ii ) perkembangan ini ditenyukan oleh interaksi personal,
berfungsinya saraf secara baik, dan proses kognitif, ( iii ) bahwa dalam
akuisisi terjadi proses pemilihan kata-kata dan struktur yang tidak dianalisis
oleh anak, dan ( iv ) bahwa teori yang digunakan bersifat umum. Lain dari itu telah disepakati pula bahwa
akuisisi bahasa dipengaruhi oleh bahasa sekitar. Dengan kata lain bahasa bergantung pada lingkungan bahasa anak
( Lowenthal, Et-al 1982 : 303 )
Akuisisi bahasa merupakan proses
yang berkelanjutan dari satu fas ke fase berikutnya. Konstruksi linguistik yang
muncul merupakan rangkaian konstruksi yang telah dikuasai sebelumnya, dan
banyak di anataranya belum dapat dijelaskan secara ilmiah. Miller dan Dollard (
Saporta, 1961 : 333 ) menyatakan bahwa anak tidak memiliki insting bawaan untuk
meniru. Bayi belajar dengan jalan meniru yang kemudian hasil tiruan itu menjadi
kebiasaan.
Dalam
proses akuisisi bahasa anak belajar manakah kata atau kalimat yang dibutuhkan
dab gerakan mana yang diperlukan apabila sesuatu dinginkan atau tidak
diinginkan. Bersamaan dengan itu, anak mulai mengenal makna dan kebermaknaan
apa yang dikatakn dan didengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar