“Nis , Ninis….., Ayo
kejar..!” Nia tamapak asyik bermain dengan kucingnya yang lucu.
Dia mengikat
bola pada seutas tali dan memancing Ninis untuk mengejar bola tersebut dan
bermain dengannya. Benar saja, Ninis mengejar bola yang dimainkan oleh Nia.
Ketika sedang mengejar boal yang menggelinding kucing itu tampak semakin lucu
dan menggemaskan. Nia lantas berteriak kegirangan melihat tingkah kucingnya
yang lucu.
Tiba-tiba kucingnya berhenti mengejar bola dan terdiam di lantai. Mungkin
Ninis kelelahan mengejar bola.
“Ninis, kok
berhenti sih..?” Nia bertanya pada kucingnya.
Sementara kucing
Nia yang diberi nama Ninis itu tetap tak bergerak dan merebahkan badannya di
lantai.
“Ninis, ayo
kejar lagi…!!” Nia mulai berteriak pada kucingnya.
“Ninis....!!!”
Nia kelihatan mulai tidak sabar karena kucingnya tetap tidak mau mengejar bola.
“Ih Ninis, kok
diam sih?”
“Ayo cepat main
lagi sama Nia…!” Nia semakin kesal.
Ninis tetap terdiam di lantai. Nia melihat sebuah batu cukup besar berada
di dekatnya. Nia lantas mengambilnya dan melemparkannya kearah kucingnya. Tak
ayal lagi batu kerikil itu mengenai kaki Ninis. Ninis memekik terkejut dan kesakitan. Dia mengeong dengan
kuat seraya tersentak. Ninis lantas berlari menjauhi Nia dengan kaki pincang.
Nia hanya mendengus kesal melihat kucingnya pergi menjauh.
Keesokan harinya Nia ingin kemabali
bermain dengan kucingnya. Dia mencari dan memanggil Ninis berulang kali. Ninis
tetap tidak menampakkan diri. Padahal biasanya Ninis akan segera dating jika
Nia memanggilnya. Nia kebingungan dan terus berusaha mencari Ninis. Tapi
percuma, Ninis tetap tidak ditemukan. Nia menjadi sangat gelisah.
Pagi berikutnya Ninis belum juga
tampak di dalam rumah ataupun di pekarangan sekitar rumah.
Ketika berusaha
mencari Ninis di pekarangan rumah Nia tersandung hingga kakinya terluka hingga
mengeluarkan darah. Nia menangis sejadi-jadinya. Ibu yang sedang memasak di
dapur kaget bukan main dan mencari asal suara tersebut. Ibu menemukan Nia
dengan kaki yang terluka dan sedang menangis.
“Ada apa sayang? Kaki Nia
kenapa?” tanya Ibu seraya memeriksa kaki Nia.
“Nia jatuh bu.
Kesandung batu, aduh, sakit bu” adu Nia.
Ibu menggendong
Nia ke dalam rumah dan membersihkan serta mengobati luka pada kaki Nia. Ibu
lalu bertanya.
“Ada apa nia ke pekarangan
rumah di sebelah? Ibu kan
sudah bilang, disana ada banyak batu dan beling, tuh kaki Nia jadi luka”
“Nia cari Ninis
bu…. Ninis hilang”
“Hilang? Hilang
bagaimana?”
“Iya bu, hilang.
Ga kelihatan sejak kemarin. Padahal sudah Nia panggil-panggil tapi tidak
kelihatan juga”
“Ibu tahu,
kemarin Nia lempar Ninis kan ?
Ibu lihat”
“Soalnya Ninis
ga mau diajak main sih bu”
“Iya, tapi kan seharusnya tidak
perlu sampai Nia lempar begitu. Pakai batu lagi. Kaki Ninis pasti sakit.
Bagaimana kalau kaki Nia yang dilempar atau dipukul begitu? Pasti sakit kan ? Seperti sekarang
Nia jatuh tersandung, kaki Nia sakit kan ?”
“Iya bu….
Sakit…” Nia menunduk dan menjawab pelan. Nia sudah menyadari kesalahannya.
“Nah, Ninis juga
sakit kakinya karena Nia. Ninis mungkin marah sama Nia karena N
ia telah menyakitinya. Nia tidak boleh begitu sama Ninis, juga
pada binatang lainnya. Tuh lihat, akhirnya Ninis marah dan dan tidak mau pulang karena takut
sama Nia. Ninis pasti takut kalau-kalau Nia menyakitinya lagi. Mangerti sayang?”
Ibu menjelaskan dengan bijak. Nia mengangguk pelan.
“Iya bu. Nia
ngerti. Nia janji ga akan ulangin lagi” kata Nia.
“Ok. Nah
sekarang, Nia istirahat saja, supaya lukanya cepat sembuh. InsyaAllah Ninis
akan pulang secepatnya kerumah. Kalau Ninis lapar, Ninis akan segera pulang. Ya
sayang?”
“Iya bu….”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar