Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya
serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat,
semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan
mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber
daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan,
dana dan sarana dan prasarana.
Guru merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan
eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari
aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang
professional.
Ada dua metafora untuk menggambarkan
pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama,jabatan
guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus
bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak,
maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah
membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang
diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang
lebih menyegarkan kepada peserta didik.
Peningkatan sumber daya guru
bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang
melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi
terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Swearingen
mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam
kebutuhan masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut :
1. Latar Belakang Kultural
Pendidikan
berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan
kegiatan belajar-mengajar harus daingkat dari isi kebudayaan yang hidup di
masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
2. Latar Belakang Filosofis
Suatu system pendidikan yang
berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai
filosofis pandangan hidup suatu bangsa.
3. Latar Belakang Psikologis
Secara psikologis supervisi
itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan
suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi
dirinya sendiri.
4. Latar Belakang Sosial
Seorang supervisor dalam
melakukan tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari
orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi
bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi masyarakat.
5. Latar Belakang Sosiologis
Secara sosiologis perubahan
masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide
dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam masyarakat secara
arif dan bijaksana.
6. Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan
Supervisi bertugas memelihara,
merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi
semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat meningkatkan
posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama
dalam pembentukan harkat dan martabat manusia.
Permasalahan yang dihadapi
dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana
cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang
konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di
mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang
sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang
objektif (Sahertian, 2000:20).
Supandi (1986:252), menyatakan
bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan.
1. Perkembangan kurikulum merupakan
gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan
struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan
penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini
berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya
agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik.
Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal
sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan
sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau
membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan
bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan
Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling
mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan
pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan personel, pegawai atau
karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi.
Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal.
Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui
penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan
informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara
mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti
kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya.
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan
yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam
memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar
yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan supervisi dipandang perlu untuk
memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar