Macam-Macam Teknik Sampling Menurut Prof.
Sukardi , Ph.D. dalam Buku Metodologi Penelitian Pendidikan
Batasan lain
yang sering mncul dalam proses penelitian, yaitu teknik memilih sampel.
Menentukan teknik mengambil sampel ini dilakukan, setelah ketentuan besarnya
responden yang digunakan sebagai sampel telah diperoleh. Memilih sampel, dalam
suatu penelitian erat kaitannya dengan manusia dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu dengan menggunakan teori probabilitas dan secara non-probabilitas.
Pada penelitian kuantitatif, memilih sampel dengan cara probablitias adalah
sangat dianjurkan. Karena prinsip objektivitas antara peneliti dengan yang
diteliti masih dapat dijamin.
A. Memilih Sampel Dengan Teknik
Probabilitas.
Ada empat
macam teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik pengambilan sampel
dengan probabilitas sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak,
stratifikasi, klaster dan sistematis.
1.
Sampling Acak
Ada beberapa
nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini. Nama tersebut termasuk
diantaranya: random sampling atau
teknik acak. Apa pun namanya teknik ini sangat populer dan banyak dianjurkan
penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoritis,
semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijasikan
sampel, satu hal penting yang harus diketahui oleh para peneliti adalah bahwa
perlunya bagi peneliti untuk menngetahui jumlah responden yang ada dalam
populasi.
Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual ata
tradisional maupun dengan menggunakan table random.
a.
Cara Tradisional.
Cara ini dapat dilakuakn
dengan langkah-langkah berikut :
1.
Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui.
2.
Daftar semua anggota dalam populasi, masukkan dalam
kotak yang diberi lubang penarikan.
4.
Nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk
sebagai sampel penelitian.
5.
Lakukan terus menerus sampai jumlah yang diinginkan
dapat dicapai.
b. Menggunakan
tabel acak
Proses pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan
table yang dihasilkan komputer dan telah
diakui manfaatnya dalam teori penelitian. Tabel tersebut umumnya terdiri dari
kolom dan angka lima
digit yang telah secara acak dihasilkan oleh komputer. Dengan menggunakan tabel
tersebut, angka-angka yang ada digunakan untuk memilih sampel dengan langkah
sebagai berikut :
1.
Identifikasi jumlah totall populasi.
2. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan.
3. Daftar semua anggota yang masuk sebagai
populasi.
4. Berikan semua anggota dengan nomor kode
yang diminta, misalnya : 000-299 untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau
00-99 untuk jumlah populasi 100 orang.
5.
Pilih secara acak (misalnya tutup mata) dengan
menggunakan penunjuk pada angka yang ada dalam tabel.
6.
Pada angka-angka yang terpilih, lihat hanya angka yang
digit yang dipilih. Jika populasi 500 maka hanya 3 digit dari akhir saja. Jika
populasi mempunya anggota 90 maka hanya diperlukan dua digit dari akhir saja.
7. Jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk
individual dalam populasi menjadi individu sampel. Sebagai contoh, jika
populasinya berjumlah 500, maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu
sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 300, maka angka terpilih 375 tidak
termasuk sebagai individu sampel.
8. Gerakan penunjuk dalamkolom atau angka
lain.
9. Ulangi langkah nomor 8 samapi junlah
sampel yang diinginkan tercapai.
Ketika jumlah
sampel yang diinginkan tercapai maka langkah selanjutnya adalah membagi dalam
kelompok control dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain penelitianCara atau teknik ini dapat
dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.
Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting
bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada
yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Selama
perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta
perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti
dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur
populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. (home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc)
Prosedurnya :
- Susun “sampling frame”
- Tetapkan
jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih
sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
Contoh
menentukan sampel dengan teknik sampling acak
Seorang kepala sekolah ingin melakukan studi terhadap
para siswa yang ada di sekolah. Populasi SMK ternyata jumahnya 600 orang.
Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia ingin menggunakan teknik
acak, untuk mencapai hal itu, langkah-langkah ya ng digunakannya adalah sebagi
berikut :
1. Populasi
yang jumlahnya 600 orang diidentifikasi.
2. Sampel
yang diinginkan 10% x 600 = 60 orang.
3. Populasi didaftar denga
diberikan kode 000-559.
4. Tabel acak yang berisi angka
random digunakan untuk memilih data dengan menggerakkna data sepanjang kolom
atau baris dari tael.
5. Misalnya
diperoleh sederet angka seperti berikut.
058 710
859 942
634 278
708 899
6. Oleh kaena jumlah populasi 600 orang maka dua angka terpilih
menjadi sampel yaitu : 058 dan 278.
7. Lakukan langkah 4 sampai diperoleh semua jumlah 60 responden.
2.
Teknik Stratifikasi
Dalam
penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering kali ditemukan
kondisi populasi yang terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual
dengan karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua dan kelas tiga. Mereka juga
dapat dibedakan menurut jenis kelamin rsponden menjadi kelompom laki-laki atau
perempuan. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili,
jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok telalu banyak
yang terpilih sebagai sampel, sebaiknya kelompok lain tidak muncul dalam proses
pemilihan.
Teknik yang
paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara
stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika
peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi tediri atas beberapa anggota yang
memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
tekni stratifikasi adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi jumlah total populasi.
2. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan.
3. Daftar semua anggota yangtermasuk sebagai
penelitian.
4. Pisahkan anggota populasi sesuai dengan
karakteristik lapisan yang dimiliki.
5. Pilih sampel dengan menggunakan prinsip
acak seperti yang telah dilakuakn dalam teknik random di ats.
6. Lakukan langkah pemilihan pada setiap
lapisan yang ada.
7. Sampai jumlah sampel dapat dicapai.
Contoh
menentukan sampel dengan teknik stratifikasi
Seorang peneliti ingin melakukan studi dari suatu populasi guru SMK yang
jumlahnya 900 orang, sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dalam
anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang mempunyai golongan
sua, golongan tiga, golongan empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan
teknik stratifikasi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Jumlah total populasi adalah 900 orang.
2. Daftar semua anggota yang
termasuk sebagai populasi dengan nomor 000-899.
3. Bagi populasi menja tiga lapis,
dengan setiap lapis terdiri dari 300 orang.
4.
Jumlah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orangn.
5. Setiap lapis mempunyai anggota 90
orang.
6. Untuk lapisan pertama gerakan
penunjuk (pensil) dalam tabel acak.
7. Dan pilih dari angka tersebut dan
ambil yang memiliki nilai lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh
90 sunjek.
8.
Lakukan langkah 6 dan 7 untuk lapis kedua dan ketiga
sampai total sampel diperoleh 270 orang.
Karena unsur populasi berkarakteristik
heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada
pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara
ini. Misalnya, seorang
peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia
menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap
kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya
harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah.
Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan
memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas,
manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak. Prosedurnya :
1. Siapkan
“sampling frame”
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah
unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer,
tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100
manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang
akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka
untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28
manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam
setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen
di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam
stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa
mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat
menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
(home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc)
3. Teknik Klaster
Teknik
klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan prinsip
probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan dibandingkan kedua teknik
yang telah dibahas sebelumnya. Teknik klaster atau Cluster Sampling ini memilih sanpel bukan didasarkan pada
individual, tetapi lebih berdarakan pada kelompok, daerah, atau kelompoj subjek
secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para
penelitu di lapangan yang wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik
klaster ini, dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui responden yang
menjadi subjek atau objek penelitian. Dapat dilakukan dengan cara berikut :
1.
Identifikasi jumlah populasi yang hendak digunakan
dalam studi.
2. Tentukan besar sampel yang diinginkan.
3.
Tentukan dasar logika untuk menentukan klaster.
4. Perkirakan jumlah rata-rata subjek yangada
pada setiap klaster.
5. Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jumlah sampel
dengan jumlah klater yang ada.
6. Secara random, pilih jumlah anggota sampel
yang diinginkan untuk setiap klaster.
7. Jumlah sampel adalah jumlah klaster
dikalikan jumlah anggota populasi per klaster.
Contoh
terapan menentukan sampel dengan teknik klaster
Misalkan seorang peneliti hendak melakuakn studi pada populasi yang
jumlahnya 4.00 orang guru dalam 100 sekolah yang ada. Sampel yang diinginkan
adalah 400 orang. Cata yang digunakan adalah teknik sampel secara klaster
dengan sekolah sebagai dasar penentuan logis klaster yang ada, yaitu sebagai
berikut :
1.
Total populasi adalah 4.000 orang.
2.
Jumlah sampel yang diinginkan adalah 400 orang.
3.
Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada
100.
4.
Dalam poupasi, setiap sekolah ada 4.000/100 = 40 guru
setiap sekolah.
5.
Jumlah klaster yang ada, adalah 400/40 = 10.
6.
Oleh karena itu, 10 sekolah dipilih secara random.
7.
Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama dengan
jumlah sampel yang diinginkan.
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan
cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan
sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum
memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B :
perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur
yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu
organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai
dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat
pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat
penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan
perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah
terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua
departemen saja. (home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc) Prosedur :
1. Susun sampling frame berdasarkan gugus –
Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
2. Tentukan
berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3. Pilih
gugus sebagai sampel dengan cara acak
4. Teliti
setiap pegawai yang ada dalam gugus sampel.
4. Teknik Secara Sistematis
Teknik
memilih sampel yang keempat adalah teknik sistematis atau Systematic Sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip
proporsional. Caranya ialah dengan menentukan setiap l/k, di mana k adalah suatu
angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota
populasi.
Untuk
populasi yang didaftar atas dasar urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik
sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun mungkin saja terjadi bahwa suatu
nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia akan terjadi pengumpulan
nama dalam awalan tersebut. Sistematis proporsional k dapat memilih dengan
baik. Seperti halnya metode pemilihan teknik sampel yang lain, pada teknik
sistematis juga memiliki langkah-langkah yaitu :
1.
Identifikasi total populasi yang akan digunakan dalam
proses penelitian.
2.
Daftar semua anggota populasi.
3.
Berikan nomor kode untuk setiap anggota populasi misalnya,
jumlah populasi 1.000 prang makan nomor kode adalah 000-999.
4. Tentukan besarnya jumlah sampel yang ada.
5. Tentukan proporsional sistematis k yang
besarnya sama dengan jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel.
6.
Mulai dengan mengacak anggota populsi.
7.
Ambil setiap k terpilih untuk menjadi anggota cuplikan.
8. Lakukan pemilihan tersbut sampai jumlah
total terpenuhi.
Contoh menentukan terapan sampel
dengan teknik sistematis
Misalnya seorang peneliti hendak melakukan studi pada
populasi yang jumlahnya 4000 pekerja. Sampel yang diinginkan adalah 400 orang.
Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara sistematis, maka caranya adalah
seperti berikut :
1.
Jumlah populasi yang teridentifikasi adalah 4000 orang.
2.
Sampel yang diinginkan besarnya 400 orang.
3. Daftar semua anggota populasi
sesuai dengan urutan abjad. Misalnya, Agus untuk A; Bagus untuk B, Cahyono
menjadi C, dan seterusnya.
4.
Proporsional sistematis k = 4000/400 = 10.
5.
Tentukan titik awal nama secara random sebagai awal
dimulainya pemilihan pada urutan nama populasi.
6.
Dari titik awal tersebut, setiap 10 langkah terpilih
sebagai sampel.
7.
Lakukan terus sampai akhirnya dapat dipilih semua
anggota total sampel yang diperlukan.
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran
populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara
pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada
peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi
yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam,
yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel
tergantung pada ukuran populasi dan
ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang
akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu,
kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
1. Susun sampling frame
2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
3. Tentukan K (kelas interval)
4. Tentukan angka atau nomor awal di antara
kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian
saja.
1.
Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor
awal yang terpilih.
2. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor
interval berikutnya.
B. Memilih Sampel Dengan Teknik Nonprobabilitas
Pada keadaan
tertentu, sering kali seorang peneliti menemui situasi bahwa syarat-syarat yang
berlaku dalam teknik probabilitas tidak dapat dipenuhi. Sebagai contoh, jumlah
responden terlalu kecil, jumlah populasi tidak diketahui secara pasti, dan
peneliti tidak tertarik dengan jumlah populasi tersebut. Untuk itu teknik
kedua, yaitu teknik nonprobabilitas dapat digunakan. Teknik nonprobabilitas ini
cara pengambilan sampel pada prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu yang
digunakan oleh si peneliti. Ada empat macam teknik memilih sampel yang termasuk
teknik nonprobabilitas. Keempat teknik tersebut, yaitu accidental, purposive, quota, dan snowball yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Teknik
Memilih Sampel Secara Kebetulan
Teknik
memilih sampel yang pertama adalah memilih secara kebetulan atau accidental sampling. Teknik ini
dikatakan seacra kebetulan karena peneliti, memang dengan sengaja memilih
sampel kepada siapa pun yang ditemuinya atau by accident pada waktu, pada tempat dan cara yang telah ditentukan.
Sebagai contoh, seorang peneliti berdiri di pintu gerbang utama kampus, dan
menanyai kepada setiap mahasiswa yang kebetulan lewat di pintu gerbang tersebut
antara jam 8.00 sampai jam 10.00 pagi. Pekerjaan tersebut diulang beberapa hari
dengan waktu dan tempat yang sama sampai akhirnya informasi yang dicari
dirasakan telah dapat dicapai untuk menjawab permasalahan penelitian yang
direncanakan oleh para peneliti tersebut.
Teknik
memilih dengan accidental ini
keuntungan yang paling tampak adalah mudah dilakukan dan mudah memperoleh
informasi yang diinginkan. Walaupun teknik ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
jika orang yang lewat adalah bukan mahasiswa atau orang yang diharapkan dipilih
secara sampel, sehingga terjadi bias responden dan bias informasi. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut, maka diperlukan tindakan tambahan, misalnya dengan
menanyakan identitas orang yang lewat untuk meyakinkan bahwa mereka adalah
orang-orang yang diingginkan sebagai anggota sampel.
2. Memilih
Sampel dengan Teknik Bertujuan
Teknik
memilih sampel yang termasuk
nonprobabilitas adalah memilih sampel dengan dasar bertujuan. Teknik ini juga
populer disebut sebagai purposive
sampling, karena untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak
didasarkan pada tujuan tertentu, misalnya dengan pertimbangan profesional yang
dimiliki oleh si peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan penelitian.
Contoh
memilih sampel dengan bertujuan, misalnya para peneliti memilih para pedagang
tertentu untuk memperoleh informasi tentang macam-maam harga barang; seorang
peneliti memilih guru SMK untuk memperoleh informasi efektifitas praktik di
sekolah. Mereka memilih orang-orang tersebut sebagai sampel karena para
peneliti mempunyai pertimbangan profesional yang kuat, misalnya merekalah
orang-orang yang terlibat langsung dengan interes peneliti.
3. Memilih
Sampel Secara Kuota atau Jatah
Memilih
sampel secara kuota atau jatah sering pula disebut dengan quota sampling. Pada teknik ini para peneliti menentukan besarnya
jumlah responden untuk menjadi anggota sampel. Mereka menemui dan mengambil
data yang diperlukan. Sampai jumlah yang ditentukan dapat dicapai. Mereka belum
berhenti jumlah kuota yang direncanakan belum tercapai.
Teknik
sampling dengan kuota ini banyak digunakan dalam dunia pers, misalnya mereka
ingin mendapatkan tingkat popularitas seorang pemimpin, mereka ingin mengetahui
kinerja suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah dan sebagainya. Dalam kasus
kewartawanan, mereka menggunakan jasa telefon atau alat-alat lainnya yang
praktis untuk bertemu dan bertanya pada responden.
4. Memilih
Sampel dengan Cara ”Getok Tular”
Memilih
sampel dengan cara getok tular ini sejenis dengan konsep memilih sampel dengan snowball sampling. Dikatakan getok tular
karena seorang peneliti menentukan seseorang untuk menjadi anggota sampel atas
dasar rekomendasi atau anjuran orang yang telah lebih dahulu menjadi sampel.
Contoh konsep getok tular ini diantaranya adalah, misalnya: seorang peneliti
menentukan responden A untuk ditanya dan dijadikan narasumber. Setelah selesai
reponden A diminta untuk merekomendasikan C dan D. C ditanya oleh peneliti
untuk kemudian memberikan rekomendasinya pada E dan F. Sedangkan responden D
memberikan rekomendasi pada P dan Q. Begitu seterusnya sehingga peneliti memperoleh
jumlah sampel sesuai dengan yang direncanakan.
Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam
menggunakan dan memilih teknik yang ada ialah, bahwa untuk penelitian
kuantitatif sebaiknya menggunakan teknik probabilitas untuk memilih anggota sampel.
Alasan yang mendukung teknik ini adalah, bahwa teknik probabilitas mempunyai
prinsip random yang sangat kuat untuk mendukung proses generalisasi hasil
penelitian yang diperoleh.
LEngkap banget informasinya, terima kasih untuk admin.
BalasHapus