Jenis-jenis
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan alam; adalah segala sesuatu yang ada di dunia
ini yang berada di luar diri anak yang bukan manusia, seperti tumbuh-tumbuhan,
iklim, air, gedung, dan rumah.
Lingkungan sosial; adalah semua manusia yang berada di luar
diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. Teman sekolah,
teman sejawat, atau orang sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial
yang bersifat langsung. Sedangkan program-program televisi, radio, surat kabar
atau media cetak lainnya termasuk lingkungan sosial tidak langsung.
Pengaruh Masing-masing Lingkungan
Pendidikan
Beberapa pengaruh lingkungan pendidikan terhadap
anak:
1. Faktor internal. Siswa yang terlibat
perkelahian biasanya melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks.
Kompleks disini berarti keanekaragaman pandangan, budaya, ekonomi, dan semua
rangsangan dari lingkungan yang makin lama makin beragam. Situasi ini biasanya menimbulkan
tekanan pada setiap orang. Tetapi, pada siswa yang terlibat perkelahian, mereka
kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi untuk mengembangkan
dirinya. Bisanya mereka mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk menyelesaikan masalahnya. Ada siswa yang
sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain. Mereka
biasanya membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi
kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak belajar bahwa kekerasan bagian dari
dirinya, sehingga orang tua yang terlalu melindungi anaknya, anak akan tumbuh
sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya
yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya dia akan menyerahkan dirinya
secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang
dibangunnya.
3. Faktor lingkungan. Lingkungan diantara rumah
dan sekolah yang siswa alami, juga membawa dampak munculnya perkelahian.
Misalnya, lingkungan rumah yang sempit, anggota lingkungan yang berperilaku buruk.
Semuanya itu dapat merangsang siswa untuk belajar sesuatu dari lingkungannya,
kemudain reaksi emosional yang berkembang mendukung munculnya perilaku
berkelahi.
Bagi kebanyakan anak,
lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan
kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun
oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu
memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia
dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun
temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagaian ahli
menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian
anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga
yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta
tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat,
atau lingkungan pergaulan anak. Biasanya adalah teman-teman sebaya di
lingkungan terdekat. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak
“kampung” yang selalu punya “konco dolanan”. Berbeda dengan anak kota
yang sudah sejak dini terasing dari pergaulana karena berada di lingkungan
kompleks yang individualistik.
Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma
masyarakat yang relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah
rapuh semakin kuat. Lingkungan buruk yang sering terjadi di sekitar anak,
misalnya: kelompok pengangguran, judi yang di”terima”, perkataan jorok dan
kasar, “yang-yangan” remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak
mendidik.
Sebenarnya masih banyak pengaruh positif yang
dapat diserap oleh anak-anak kita di wilayah budaya masyarakat Jawa, seperti:
tutur kata bahasa Jawa yang kromo inggil ataupun berbagai peraturan hidup yang
tumbuh di dalam budaya Jawa. Masalahnya adalah bagaiamana mengelaborasi
nilai-nilai tersebut agar cocok dengan nilai-nilai modernitas dan Islam.
Namun Pada masa kini pengaruh sesungguhnya mana
yang buruk dan bukan menjadi serba relatif dan kadang tidak dapat dirunut lagi.
Banyak anak yang mengalami kesulitan menghadapi anak bukan karena keluarga
mereka tidak memberikan kebiasaan yang baik. Demikian juga banyak anak yang
tetap dapat menjadi baik justru tumbuh di keluarga yang kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar