Jumat, 27 April 2012

Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan


Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan
Lingkungan alam; adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada di luar diri anak yang bukan manusia, seperti tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, dan rumah.
Lingkungan sosial; adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. Teman sekolah, teman sejawat, atau orang sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial yang bersifat langsung. Sedangkan program-program televisi, radio, surat kabar atau media cetak lainnya termasuk lingkungan sosial tidak langsung.

Pengaruh Masing-masing Lingkungan Pendidikan
Beberapa pengaruh lingkungan pendidikan terhadap anak:
1. Faktor internal. Siswa yang terlibat perkelahian biasanya melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks disini berarti keanekaragaman pandangan, budaya, ekonomi, dan semua rangsangan dari lingkungan yang makin lama makin beragam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tetapi, pada siswa yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi untuk mengembangkan dirinya. Bisanya mereka mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk menyelesaikan masalahnya. Ada siswa yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain. Mereka biasanya membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak belajar bahwa kekerasan bagian dari dirinya, sehingga orang tua yang terlalu melindungi anaknya, anak akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya dia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor lingkungan. Lingkungan diantara rumah dan sekolah yang siswa alami, juga membawa dampak munculnya perkelahian. Misalnya, lingkungan rumah yang sempit, anggota lingkungan yang berperilaku buruk. Semuanya itu dapat merangsang siswa untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, kemudain reaksi emosional yang berkembang mendukung munculnya perilaku berkelahi.

Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagaian ahli menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat, atau lingkungan pergaulan anak. Biasanya adalah teman-teman sebaya di lingkungan terdekat. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung”  yang selalu punya “konco dolanan”. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing dari pergaulana karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik.
Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma masyarakat yang relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah rapuh semakin kuat. Lingkungan buruk  yang sering terjadi di sekitar anak, misalnya: kelompok pengangguran, judi yang di”terima”, perkataan jorok dan kasar, “yang-yangan” remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak mendidik.
Sebenarnya masih banyak pengaruh positif yang dapat diserap oleh anak-anak kita di wilayah budaya masyarakat Jawa, seperti: tutur kata bahasa Jawa yang kromo inggil ataupun berbagai peraturan hidup yang tumbuh di dalam budaya Jawa. Masalahnya adalah bagaiamana mengelaborasi nilai-nilai tersebut agar cocok dengan nilai-nilai modernitas dan Islam.
          Namun Pada masa kini pengaruh sesungguhnya mana yang buruk dan bukan menjadi serba relatif dan kadang tidak dapat dirunut lagi. Banyak anak yang mengalami kesulitan menghadapi anak bukan karena keluarga mereka tidak memberikan kebiasaan yang baik. Demikian juga banyak anak yang tetap dapat menjadi baik justru tumbuh di keluarga yang kurang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar