Selain istilah
sosiolinguistik juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak orang yang
menganggap hal itu sama, tapi banyak pula yang menganggapnya berbeda. Ada yang
mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasuki
dari bidang linguistik , sedangakan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau
penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi. (Nababan 1884:3 juga brigh
1992:vol 4:9 ). J.A. Fishman , pakar sosiolinguistik yang andilnya sangat besar
dalam kajian sosiolinguistik, mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat
kualitatif,sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi
sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa
yang sebernanya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau diale dalam
usaha tertentu.
Istilah sosiolinguistik muncul
pada tahun 1952, dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan perlu adanya
penelitian dengan hubungan antara perilaku ujaran dengan status social .
Fishman sendiri dalam bukunya yang terbit tahun 1970, menggunakan nama
sosiolinguistics , tapi pada tahun 1972 menggunakan nama sociology of language.
Haliday seorang linguis inggris , yang banyak memperhatikan segi kemasyarakatan
bahasa , dalam bukunya The Linguistic s Science and Language Teacing , yang
menggunakan istilah institutional, lintics Sciense and Language Teaching.
Bahasa adalah sebuah system , artinya
bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap, dan dapat
dikaidahkan. Cirri dari hakikat bahasa adalah , bahwa bahasa itu adalah system
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dean
manusiawi. Dengan sistematis maksudnya , bahasa itu tersusun menurut suatu pola
tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.
System bahasa yang digunakan
berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Setiap lambang bahasa menggunakan
lambang bahasa ya ng berbunyi [kuda], melambangkan konsep atau makna . Dalam
bahasa Indonesia satuan bunyi [air], [kuda], dan [meja] adalah lambang ujaran
karena memiliki makana , tetapi bunyi- bumyi [rai], [akud], [ajem] bukanlah
lambang ujarankarena tidak memiliki makna. Lambang bahasa itu bersifat arbitrer
, artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya, tidak bersifat
wajib , bisa berubah , dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang itu
mengonsepi makna tertentu.
Bagi sosiolinguistik konsep
bahwa bahasa adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap
terlalu sempit , sebab seperti dikemukakan Fishman bahwa yang menjadi persoalan
sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar